Meski secara jumlah serdadu tentara Indonesia lebih banyak yang tewas dibanding tentara Inggris, Indonesia, dalam hal ini arek-arek Suroboyo, tak pernah mengibarkan bendera putih tanda menyerah.
Intisari-Online.com - Pertempuran 10 November 1945 Surabaya barangkali salah satu perang yang bakal dihindari oleh tentara Inggris.
Bagaimana tidak, negara yang juga menjadi negara pemenang Perang Dunia II itu harus keok di tangan arek-arek Suroboyo.
Bagaimana ceritanya?
---
Surabaya, ketika Indonesia belum genap dua bulan merdeka.
“Hai tentara Inggris! Kaoe menghendaki bahwa kita ini akan membawa bendera poetih takloek kepadamoe, menjuruh kita mengangkat tangan datang kepadamoe, kaoe menjoeroeh kita membawa sendjata-sendjata jang kita rampas dari Djepang oentoek diserahkan kepadamoe.”
“Toentoetan itoe walaoepoen kita tahoe bahwa kaoe sekalian akan mengantjam kita oentoek menggempoer kita dengan seloeroeh kekoeatan jang ada."
"Inilah djawaban kita: Selama banteng-banteng Indonesia masih mempoenjai darah merah jang dapat membikin setjarik kain poetih mendjadi merah & putih,maka selama itoe tidak akan kita maoe menjerah kepada siapapoen djuga!”
“Kita toendjoekkan bahwa kita adalah benar-benar orang jang ingin merdeka.Dan oentoek kita, saoedara-saoedara, lebih baik kita hantjur leboer daripada tidak merdeka.
Sembojan kita tetap: MERDEKA atau MATI.”
Itulah jawaban Bung Tomo melalui corong radio atas permintaan Inggris untuk melucuti senjata laskar-laskar Indonesia.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR