Namun, Saul merasa terancam oleh popularitas Daud, dan ia mencoba membunuh Daud berkali-kali. Saul juga mengejar-ngejar Daud ke seluruh penjuru negeri, padahal Daud tidak pernah berbuat jahat kepada Saul.
Hal ini menunjukkan bahwa Saul tidak mengasihi Allah dan sesama, tetapi hanya mengasihi dirinya sendiri.
Akibatnya, Saul kehilangan dukungan dan kasih sayang dari rakyatnya, bahkan dari keluarganya sendiri (1 Samuel 16-31).
Kesalahan Saul yang terakhir adalah ketika ia pergi menghubungi seorang perempuan pemanggil roh di En-Dor untuk bertanya kepada roh Samuel guna mengetahui apa yang akan terjadi dalam peperangan melawan orang Filistin yang akan segera dihadapinya.
Ini adalah perbuatan yang sangat tercela di mata Allah, karena Saul telah meninggalkan Allah dan mencari bantuan dari roh-roh jahat.
Saul melakukan hal ini karena ia merasa putus asa, karena Samuel telah meninggal, dan Allah tidak menjawab doa-doa dan pertanyaan-pertanyaan Saul.
Akibatnya, Saul mendengar dari roh Samuel bahwa ia dan anak-anaknya akan mati dalam peperangan, dan bahwa Allah telah menyerahkan Israel ke tangan orang Filistin (1 Samuel 28:1-25).
Saul kemudian meninggal dalam peperangan melawan bangsa Filistin.
Karena terjepit dan tidak rela jatuh ke tangan musuhnya hidup-hidup, Saul menjatuhkan dirinya ke pedang yang dibawa oleh pembantunya.
Anak-anaknya, termasuk Yonatan, juga terbunuh dalam peperangan itu.
Mayat-mayat mereka kemudian dipermalukan oleh orang Filistin, yang menggantungkannya di tembok kota Bet-San.
Baca Juga: Rahasia Tersembunyi Jerussalem, Tanah yang Diperebutkan Sejak Ribuan Tahun Lalu
Hal ini menunjukkan bahwa Saul tidak mendapat berkat dan perlindungan dari Allah, tetapi hanya mendapat kutuk dan penghinaan (1 Samuel 31:1-13).
Dari kisah Saul, kita dapat belajar bahwa menjadi pemimpin yang baik bukanlah perkara mudah.
Sebagai pemimpin, kita harus taat dan setia kepada Allah, menghormati otoritas yang Allah berikan, mengasihi rakyat yang dipimpin, dan tidak cemburu atau bermusuhan dengan orang lain yang lebih berbakat atau lebih disukai daripada kita.
Jika kita melakukan hal-hal yang tidak menyenangkan Allah, kita akan kehilangan berkat dan kemuliaan dari Allah, dan kita akan mengalami akibat-akibat yang buruk.
Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah Saul, dan berusaha menjadi pemimpin yang berkenan di mata Allah.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR