Berlokasi di Jalan Lautze, Vihara Buddha Dharma Gotama atau Wan Kiap Sie adalah salah satu vihara tertua di Jakarta yang bangunannya sudah berdiri sejak 1736. Sebelumnya lokasi ini adalah landhuis milik Frederik Julius Coyett, anggota dewan Hindia-Belanda yang memiliki ketertarikan terhadap Hindu Buddha.
“Karena minatnya itu Coyett juga mengumpulkan arca-arca dari berbagai tempat, seperti Candi Prambanan dan juga dari Srilangka,” jelas Nadia Purwestri. Arca-arca tersebut saat ini masih tersimpan di lemari kaca yang ada di kelenteng.
Setelah Coyett meninggal, rumah sempat berganti-ganti pemilik hingga pada 1761 dibeli oleh Gong-guan (Dewan Orang Tionghoa) dan dijadkan kelenteng. Saat singgah di kelenteng, peserta PTD disambut hangat oleh pengurus setempat. Ada ruangan berpendingin udara dan kudapan dihidangkan.
Persinggahan terakhir PTD adalah di GPIB Pniel di Jalan Samanhudi atau juga dikenal sebagai “gereja ayam”. Bangunan gereja yang mulai dipergunakan sejak 1915 ini ternyata adalah bangunan kedua, setelah sebelumnya umat beribadah di kapel kecil sejak tahun 1856.
Gereja ini punya sejarah menarik karena dibangun khusus untuk umat lokal saat itu. “Tidak ada perbedaan di sini,” jelas para pengurus gereja ketika menjelaskan latar belakang pendirian rumah ibadah. Situasinya agak berbeda dengan GPIB Imanuel di Jalan Medan Merdeka Utara yang ketika itu umatnya berasal dari para petinggi Belanda.
Gereja ini punya koleksi menarik berupa alkitab berbahasa Belanda yang konon hanya ada dua di dunia; di sebuah perpustakaan di Belanda serta di gereja ini. Karena usia, alkitab tua itu pernah rusak parah dan direstorasi di Belanda pada awal 1991. Dua tahun kemudian dikembalikan lagi dan ditempatkan pada bagian altar gereja ini.
Penulis | : | Tjahjo Widyasmoro |
Editor | : | Tjahjo Widyasmoro |
KOMENTAR