Kesultanan Sambas juga memiliki pasukan militer yang terdiri dari tentara reguler dan sukarelawan.
Pasukan militer Kesultanan Sambas pernah terlibat dalam beberapa peperangan, baik melawan musuh luar maupun dalam negeri.
Salah satu peristiwa penting dalam sejarah Kesultanan Sambas adalah Peristiwa Mandor, yang terjadi pada tahun 1944.
Peristiwa ini merupakan pemberontakan rakyat Sambas terhadap penjajahan Jepang, yang didukung oleh Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin.
Peristiwa ini berakhir dengan kematian Sultan dan sebagian besar keluarganya, serta penghancuran Istana Alwatzikhubillah, yang merupakan pusat pemerintahan Kesultanan Sambas.
Peristiwa ini juga menandai berakhirnya masa kekuasaan Kesultanan Sambas secara de facto.
Meskipun demikian, Kesultanan Sambas masih tetap eksis secara de jure hingga saat ini.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Kesultanan Sambas menjadi bagian dari Daerah Istimewa Kalimantan Barat, yang kemudian dibubarkan pada tahun 1957.
Sejak saat itu, Kesultanan Sambas menjadi bagian dari Provinsi Kalimantan Barat.
Namun, gelar Sultan masih tetap dipertahankan oleh keturunan Sultan Muhammad Ibrahim Shafiuddin, yang saat ini dipegang oleh Sultan Muda Muhammad Tarhan.
Kesultanan Sambas adalah salah satu warisan sejarah dan budaya yang patut dibanggakan oleh masyarakat Kalimantan Barat khususnya dan Indonesia pada umumnya.
Baca Juga: Kisah Kesultanan Palembang, Kerajaan Islam di Sumatera yang Diincar Inggris dan Belanda
Kesultanan Sambas telah memberikan kontribusi besar dalam perkembangan Islam dan kebudayaan Melayu di wilayah ini.
Kesultanan Sambas juga telah menunjukkan semangat perjuangan dan patriotisme dalam menghadapi penjajahan asing.
Oleh karena itu, kesadaran akan sejarah dan identitas Kesultanan Sambas harus terus dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi-generasi mendatang.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR