Rabin terpilih sebagai Ketua Partai Buruh menggantikan Shimon Peres sebelum kemudian menjadi pengganti Meir pada 3 Juni 1974.
Di masa pemerintahannya, Rabin harus berurusan dengan sejumlah isu.
Antara lain Operasi Entebbe pada 4 Juli 1976 di Bandara Entebbe, Uganda.
Operasi kontra-terorisme itu digelar untuk membebaskan 248 penumpang maskapai Air France yang dibajak Front Populer Pembebasan Palestina Operasi Eksternal (PFLP-EO).
Organisasi di bawah pimpinan Wadie Haddad itu mendapat bantuan dari Sel Revolusi Jerman serta Uganda yang dikomandoi Idi Amin.
22 April 1977, Rabin mengundurkan diri setelah dia dan istrinya, Leah, ketahuan mempunyai rekening bank di Amerika Serikat (AS).
Di pertengahan 1980-an, Rabin menjadi Menteri Pertahanan untuk koalisi pemerintahan Partai Buruh dan Partai Likud.
Pada 1992, dia kembali menjadi Ketua Partai Buruh mengandaskan rivalnya Peres dan memenangkan pemilihan umum bersama koalisi seperti Meretz, Shas, atau Mizrahi.
Setahun kemudian, dia memulai proses perdamaian dengan pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) Yasser Arafat, dan menghasilkan Perjanjian Oslo I.
Melalui perjanjian itu, Otoritas Nasional Palestina (PLO) berdiri dengan wilayah kekuasaan pada Jalur Gaza dan Tepi Barat.
9 September 1993, Arafat dan Rabin saling berkirim suara di mana masing-masing pemimpin mengakui kedaulatan PLO dan Israel.
Kesepakatan itu bukannya tanpa perlawanan.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR