Ia kembali ke Gaza dan melanjutkan aktivitasnya sebagai pemimpin spiritual Hamas.
Ia menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi para pejuang Hamas dan rakyat Palestina.
Kemudian juga menjalin hubungan dengan negara-negara Islam lainnya, seperti Iran, Sudan, dan Qatar, untuk mendapatkan dukungan finansial dan politik.
Pada tahun 1997, ia kembali ditangkap oleh Israel setelah Israel gagal membunuh Khaled Mashal, salah satu pemimpin Hamas di Yordania.
Ia dijatuhi hukuman seumur hidup tanpa kemungkinan pembebasan.
Namun, pada tahun 1998, ia dibebaskan lagi sebagai bagian dari kesepakatan antara Israel dan Yordania untuk menyelamatkan nyawa dua agen Mossad yang terlibat dalam upaya pembunuhan Khaled Mashal.
Ia kembali ke Gaza dan melanjutkan perjuangannya.
Pada tahun 2000, ia mendukung Intifadhah al-Aqsa, sebuah pemberontakan rakyat Palestina yang dipicu oleh kunjungan Ariel Sharon, pemimpin Likud, ke Masjid al-Aqsa.
Ia mengajak rakyat Palestina untuk melakukan jihad melawan Israel dan menolak segala bentuk perundingan damai.
Kemudian juga mengkritik Otoritas Palestina yang dipimpin oleh Yasser Arafat karena dianggap tidak mampu membela hak-hak rakyat Palestina.
Pada tahun 2003, ia menjadi target utama dari operasi Israel yang bernama Targeted Killings, sebuah strategi untuk membunuh para pemimpin Hamas dan kelompok perlawanan lainnya.
Baca Juga: Hamas Lancarkan Serangan Roket Dadakan Ke Israel, Sirene Pun Meraung-raung
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR