Intisari-online.com - Gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 5,0 mengguncang kawasan Laut Banda, Provinsi Maluku, pada Kamis (5/10/2023) pukul 11.25 WIB.
Gempa ini dirasakan oleh sebagian warga di Kabupaten Buru Selatan, namun tidak menimbulkan potensi tsunami.
Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), pusat gempa berada di koordinat 4.46 Lintang Selatan dan 127.09 Bujur Timur.
Lokasi gempa tepatnya berada di laut sekitar 99 kilometer Barat Daya Buru Selatan dengan kedalaman 10 kilometer.
BMKG menjelaskan bahwa gempa ini merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sumber gempa sesar aktif (Buru Fracture).
Sesar ini merupakan bagian dari Sesar Banda yang membentang dari Pulau Timor hingga Papua.
Gempa bumi tektonik adalah gempa yang terjadi akibat pergerakan lempeng-lempeng bumi yang saling bertabrakan, bergeser, atau menjauh.
Gempa ini bisa terjadi di darat maupun di laut dan bisa menimbulkan dampak merusak seperti runtuhan bangunan, longsor, atau tsunami.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada terhadap kemungkinan adanya gempa bumi susulan yang mungkin terjadi.
BMKG juga mengingatkan agar masyarakat tidak mudah percaya terhadap isu-isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami.
Gempa bumi tektonik yang mengguncang Laut Banda ini merupakan salah satu dari banyak gempa yang terjadi di wilayah Indonesia.
Baca Juga: Astaga, Gempa Bumi 4,9 Guncang Banten 4 Oktober 2023, Ini Penyebab Banteng Sering Diguncang Gempa
Indonesia merupakan negara yang berada di pertemuan tiga lempeng bumi utama, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik.
Pergerakan ketiga lempeng ini menyebabkan Indonesia memiliki banyak sesar atau patahan yang menjadi sumber gempa bumi.
Salah satu sesar terbesar di Indonesia adalah Sesar Banda, yang membentuk busur besar di sebelah timur Indonesia.
Sesar ini terbentuk akibat subduksi atau penunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia.
Sesar Banda memiliki panjang sekitar 1.000 kilometer dan lebar sekitar 250 kilometer .
Sesar Banda memiliki beberapa cabang atau retakan yang disebut dengan fracture.
Salah satunya adalah Buru Fracture, yang menjadi sumber gempa bumi tektonik di Laut Banda.
Buru Fracture memiliki panjang sekitar 300 kilometer dan melewati Pulau Buru, Pulau Ambon, dan Pulau Seram .
Gempa bumi tektonik di Laut Banda ini menunjukkan bahwa sesar-sesar di wilayah Indonesia masih aktif dan berpotensi menimbulkan gempa bumi yang lebih besar.
Oleh karena itu, masyarakat diharapkan untuk selalu siap menghadapi ancaman gempa bumi dan tsunami dengan mengikuti arahan dari pemerintah dan BMKG.