Perang Dunia II Ternyata Pernah Sebabkan Industri Nikel Indonesia Terganggu, Hingga Pengaruhi Aset Belanda Tahun 1958

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Ilustrasi - Sejarah tambang nikel di Indonesia.
Ilustrasi - Sejarah tambang nikel di Indonesia.

Intisari-online.com - Nikel adalah salah satu komoditas penting bagi Indonesia, baik dari segi ekonomi maupun strategis.

Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, dengan sekitar 25% dari total cadangan global.

Nikel digunakan untuk berbagai keperluan industri, seperti baja tahan karat, baterai, koin, dan katalis.

Namun, sejarah industri nikel Indonesia tidak selalu mulus.

Ada beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi perkembangan industri nikel Indonesia, terutama perang dunia kedua dan kemerdekaan Indonesia.

Perang dunia kedua (1939-1945) adalah konflik global yang melibatkan sebagian besar negara di dunia, termasuk Indonesia yang saat itu masih menjadi jajahan Belanda.

Perang ini berdampak besar bagi industri nikel Indonesia, karena mengganggu produksi dan ekspor nikel.

Pada tahun 1942, Jepang menginvasi dan menduduki Indonesia, menggantikan Belanda sebagai penguasa kolonial. Jepang tertarik dengan sumber daya alam Indonesia, termasuk nikel.

Jepang mengambil alih perusahaan pertambangan nikel Belanda, yaitu N.V. Mijnbouw Maatschappij Celebes (MMCC), yang beroperasi di Sulawesi.

Jepang juga membangun fasilitas-fasilitas baru untuk meningkatkan produksi nikel, seperti jalur kereta api, pelabuhan, dan pabrik peleburan.

Namun, produksi nikel tetap terbatas karena kurangnya tenaga kerja, bahan bakar, dan peralatan.

Baca Juga: Sulawesi dan Halmahera, Dua Pulau Penghasil Nikel Terbesar di Indonesia

Selain itu, Jepang juga menghadapi serangan-serangan dari sekutu dan gerakan perlawanan Indonesia.

Pada akhir perang, produksi nikel Indonesia hanya mencapai sekitar 10% dari kapasitasnya.

Kemerdekaan Indonesia (1945-sekarang) adalah proses pembebasan diri Indonesia dari penjajahan asing, terutama Belanda dan Jepang.

Kemerdekaan ini membawa perubahan besar bagi industri nikel Indonesia, karena memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk mengelola sumber daya alamnya sendiri.

Pada tahun 1950, pemerintah Indonesia mengambil alih pengelolaan perusahaan-perusahaan pertambangan yang ditinggalkan oleh Jepang.

Pada tahun 1958, pemerintah Indonesia melakukan nasionalisasi aset-aset Belanda di bidang pertambangan, termasuk MMCC.

Nasionalisasi ini merupakan langkah penting untuk menegaskan kedaulatan Indonesia atas sumber daya alamnya.

Namun, nasionalisasi ini juga menimbulkan masalah-masalah baru bagi industri nikel Indonesia, seperti kurangnya modal, teknologi, dan pasar.

Untuk mengatasi masalah-masalah ini, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan beberapa negara dan perusahaan asing untuk mengembangkan industri nikel.

Misalnya, pada tahun 1967, pemerintah Indonesia menandatangani kontrak kerja sama dengan PT International Nickel Indonesia (PT Inco), sebuah perusahaan asal Kanada yang bergerak di bidang pertambangan nikel di Sulawesi.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perang dunia kedua dan kemerdekaan Indonesia memiliki pengaruh yang signifikan bagi industri nikel Indonesia.

Baca Juga: Dari Tembaga Setan Hingga Raja Nikel Dunia, Kisah Pertambangan Nikel di Indonesia

Perang dunia kedua menghambat produksi dan ekspor nikel Indonesia, sedangkan kemerdekaan Indonesia memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk menguasai sumber daya alamnya sendiri.

Namun, keduanya juga menimbulkan tantangan-tantangan baru bagi industri nikel Indonesia, yang membutuhkan kerja sama dan inovasi untuk mengatasinya.

Artikel Terkait