Alasan di balik hal ini adalah bahwa Soeharto tidak memiliki posisi strategis atau pengaruh politik yang signifikan pada saat itu. Ia hanya seorang panglima Kostrad yang baru dilantik pada Maret 1965, menggantikan Mayjen Pranoto Reksosamudro.
Ia juga tidak terlibat dalam konflik antara fraksi militer Nasutionis dan Yaniis, yang saling bersaing untuk mendapatkan kepercayaan dari Soekarno.
Selain itu, Soeharto juga tidak terlibat dalam gerakan anti-imperialis atau anti-neokolonialisme yang digalang oleh PKI dan Soekarno. Dengan demikian, ia tidak dianggap sebagai ancaman atau musuh oleh para pelaku G30S.
Menurut beberapa sumber, para pelaku G30S hanya ingin menculik tujuh orang, yaitu enam jenderal dan seorang kapten, yang dianggap sebagai “Dewan Jenderal” yang berencana melakukan kudeta terhadap Soekarno. Soeharto tidak termasuk dalam daftar ini, karena ia tidak memiliki hubungan dekat dengan mereka.
tief bahkan bertemu kembali dengan Soeharto pada malam 30 September 1965 beberapa jam menjelang G30S dilancarkan. Kali ini di RSPAD. Kala itu Soeharto sedang menunggu anaknya Tommy yang tengah dirawat.
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR