3) Memicu perlawanan rakyat Banten terhadap VOC yang dipelopori ulama
Di wilayah Kerajaan Banten, hubungan antara sultan dengan para ulama terjalin sangat harmonis.
Namun, ketika Sultan Haji naik takhta dan berada di bawah kendali Belanda, para ulama memilih bersikap nonkooperatif.
Di bawah kekuasaan Sultan Haji, penderitaan rakyat Banten semakin berat.
Dengan kondisi demikian, sangat wajar apabila pemerintahan Sultan Haji diwarnai banyak kerusuhan, pemberontakan, dan kekacauan di segala bidang.
Setelah Sultan Haji meninggal, pengangkatan sultan Banten dilakukan atas persetujuan Gubernur Jenderal Hindia Belanda di Batavia.
Hal itulah yang membuat kemarahan rakyat memuncak dan menjadi penyebab perlawanan Banten terhadap VOC yang dipelopori oleh para ulama.
4) Kerajaan Banten dihapus
Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC berlangsung hingga awal abad ke-19. Perlawanan rakyat mengakibatkan ketidakstabilan pemerintahan kerajaan.
Puncaknya, Gubernur Jenderal Daendels menyatakan bahwa wilayah Kesultanan Banten dilebur ke dalam wilayah Hindia Belanda.
Pada akhirnya, Kesultanan Banten resmi dihapus oleh Inggris pada 1813.
Ikut campurnya Belanda dalam urusan internal Kerajaan Banten mengakibatkan berbagai akibat yang merugikan bagi kerajaan dan rakyatnya. Kerajaan Banten kehilangan kedaulatannya, Sultan Ageng Tirtayasa digulingkan, rakyat Banten menderita, dan akhirnya kerajaan dihapus.
Baca Juga: Kehidupan Ekonomi Kerajaan Banten, Sangat Bergantung pada Perdagangan?
KOMENTAR