Karena itu, Ki Ageng Suryongalam memutuskan untuk meninggalkan istana dan mengembara ke berbagai daerah.
Ia pernah tinggal di Kroya, Purworejo sambil bekerja serabutan sebagai pedagang batik pikulan, petani dan kuli.
Ia juga pernah tinggal di Bali sambil belajar ilmu-ilmu gaib dari para pendeta Hindu.
Di Bali, Ki Ageng Suryongalam menemukan sebuah kesenian yang bernama Barong.
Kesenian ini menampilkan sosok singa atau harimau yang melambangkan kekuatan dan keberanian.
Ki Ageng Suryongalam tertarik dengan kesenian ini dan mempelajarinya dengan tekun.
Ia kemudian membawa kesenian Barong ke Jawa dan mengembangkannya menjadi Reog Ponorogo.
Reog Ponorogo adalah bentuk sindiran dari Ki Ageng Suryongalam terhadap Prabu Brawijaya V yang ditundukkan oleh rayuan wanita.
Dalam Reog Ponorogo, sosok singa atau harimau yang disebut Singo Barong melambangkan Prabu Brawijaya V.
Singo Barong ditunggangi oleh seorang penari yang disebut Bujang Ganong yang melambangkan Putri Campa.
Bujang Ganong memiliki wajah merah dan hidung panjang sebagai simbol ejekan terhadap Putri Campa yang dianggap cantik tapi licik.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR