Kedua kerajaan ini kemudian bersatu menjadi Kerajaan Samudera Pasai setelah Sultan Malik Al-Saleh, raja pertama Kerajaan Samudera, menikahi putri Ganggang Sari.
Sultan Malik Al-Saleh sebelumnya adalah Marah Silu, seorang anggota angkatan perang Kerajaan Pasai, yang masuk Islam atas bujukan dua pendakwah dari Dinasti Mamaluk di Mesir, yaitu Syaikh Ismail dan Fakir Muhammad.
Mereka datang ke Pasai untuk merebut kembali kerajaan yang sebelumnya dikuasai oleh Dinasti Fatimiyah.
Marah Silu kemudian mendirikan Kerajaan Samudera di sebelah kiri Sungai Pasai, menghadap ke Selat Malaka.
Nama Samudera Pasai sebenarnya adalah "Samudera Aca Pasai" yang artinya Kerajaan Samudera yang baik dengan ibu kota di Pasai.
Kerajaan ini menjadi bandar dagang yang besar dan ramai, seperti yang dicatat oleh Marcopolo, seorang saudagar dari Venesia, Italia, yang singgah di sini pada 1292 M.
Ibnu Battutah, seorang penjelajah dari Maroko, juga menyebutkan tentang keberadaan kerajaan Islam ini dalam catatannya.
Ia berkunjung ke Samudera Pasai pada 1345 M dan menyaksikan pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az Zahir, raja ketiga Kerajaan Samudera Pasai.
Sultan Mahmud Malik Az Zahir adalah putra dari Sultan Malik Al-Saleh dan merupakan raja yang paling terkenal dalam sejarah kerajaan ini.
Ia menjadikan kerajaannya sebagai pusat perdagangan internasional yang terkenal di seluruh dunia dan juga sebagai pusat penyebaran agama Islam di nusantara.
Kerajaan Samudera Pasai merupakan kerajaan Islam pertama yang muncul di nusantara pada abad ke-13 M.
Baca Juga: Dari Aceh ke Mekah, Ini Jejak Peradaban Kerajaan Samudera Pasai dalam Sejarah Islam
KOMENTAR