Intisari-online.com - Samudera Pasai adalah salah satu kerajaan Islam pertama di Nusantara yang berdiri sekitar abad ke-13.
Kerajaan ini terletak di pesisir timur Sumatera Utara, tepatnya di daerah Aceh Utara saat ini.
Nama Samudera Pasai berasal dari dua kata, yaitu Samudera yang berarti laut dan Pasai yang berarti pasar.
Hal ini menunjukkan bahwa kerajaan ini merupakan bandar dagang besar yang menjalin hubungan perdagangan dengan berbagai negara, seperti India, Cina, Arab, Persia, dan Turki.
Samudera Pasai mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Malik Al-Saleh (1297-1326).
Pada masa ini, kerajaan ini berhasil memperluas wilayahnya hingga ke Selat Malaka dan Semenanjung Malaya.
Selain itu, kerajaan ini juga dikenal sebagai pusat penyebaran Islam di Nusantara, terutama setelah kedatangan seorang ulama terkenal bernama Syekh Abdullah Arif.
Syekh Abdullah Arif adalah salah satu murid dari Syekh Abdul Qadir Jailani, pendiri tarekat Qadiriyyah.
Ia mengajarkan ajaran Islam yang moderat dan toleran kepada masyarakat Samudera Pasai dan sekitarnya.
Namun, kejayaan Samudera Pasai tidak bertahan lama. Kerajaan ini mulai mengalami kemunduran dan keruntuhan akibat beberapa faktor, baik internal maupun eksternal.
Faktor internal meliputi konflik dinasti, persaingan antara kelompok-kelompok elit, dan krisis ekonomi.
Baca Juga: 8 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya, Salah Satunya Tidak Ada di Indonesia
Faktor eksternal meliputi munculnya Kesultanan Malaka sebagai saingan dagang.
Serangan dari Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Siam, serta kedatangan bangsa Portugis yang menguasai Selat Malaka pada tahun 1511.
Salah satu peristiwa penting yang menandai keruntuhan Samudera Pasai adalah penyerbuan oleh armada Portugis yang dipimpin oleh Alfonso de Albuquerque pada tahun 1521.
Armada Portugis berhasil menembus pertahanan Samudera Pasai dan membakar istana serta masjid-masjidnya.
Banyak penduduk Samudera Pasai yang tewas atau ditawan oleh Portugis.
Sultan Ahmad Malik Az-Zahir, penguasa terakhir Samudera Pasai, berhasil melarikan diri ke pedalaman Sumatera bersama dengan beberapa pengikutnya.
Namun, ia tidak mampu mengembalikan kekuasaannya dan akhirnya meninggal dalam pengasingan pada tahun 1530.
Dengan demikian, Samudera Pasai berakhir sebagai salah satu kerajaan Islam yang pernah berjaya di Nusantara.
Kerajaan ini meninggalkan warisan berupa situs-situs sejarah, seperti makam Sultan Malik Al-Saleh dan Syekh Abdullah Arif, serta naskah-naskah kuno yang berisi tentang hukum, sejarah, dan sastra.
Kerajaan ini juga memberikan pengaruh kepada kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Nusantara, seperti Aceh, Demak, Banten, dan Mataram.