Diketahui, para korban pembunuhan di Lubang Buaya antara lain, Letjen Ahmad Yani, Mayjen TNI Suprapto, Majen TNI S Parman, Mayjen TNI M T Hartono, Brigjen TNI Sutoyo, Brigjen TNI D I Panjaitan, dan Lettu Piere Tendean.
Syakrim juga punya cerita lain, kali ini terjadi setelah kejadian berdarah yang terjadi pada 1 Oktober 1965 dini hari.
Ketika itu militer sudah mulai menangkapi orang-orang yang dianggap terkait atau simpatisan PKI.
Dari orang-orang yang ditangkap itu, ada delapan orang yang ternyata berasal dari Lubang Buaya.
Syakrim mendengar kabar itu.
Dia mengaku mengenal kedelapan orang tersebut dan dipastikan tidak berafiliasi dengan PKI.
Syakrim kemudian melaporkan kepada Lurah Lubang Buaya saat itu agar bisa membebaskan delapan warganya.
Ketika melaporkan, yang terjadi saat itu Pak Lurah justru ketakutan.
Lurah tak mau mendatangi Kodam III/Siliwangi karena khawatir ia akan diamankan juga.
Upaya Syakrim untuk membebaskan delapan orang tak berhenti di situ.
Dia lalu membujuk sang Lurah untuk meminjam jabatannya guna membebaskan kedelapan warga tersebut.
Bujukan tersebut ternyata diterima sang Lurah.
Tak berselang lama, dia kemudian berangkat menuju Bandung untuk membebaskan warga Lubang Buaya dengan mengklaim dirinya sebagai Lurah.
Sesampainya di lokasi, ia kemudian bernegosiasi dan meyakinkan petugas bahwa kedelapan tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan PKI.
Berjam-jam ia bernegosiasi.
"Mereka selamat, jarang yang bisa ditolong (kalau sudah ditangkap). Alhamdulillah bisa ditolong hanya karena saya ngaku lurah," ujar tokoh Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Nurul Ibad.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR