Peristiwa Berdirinya Polisi Wanita Akibat Agresi Militer Belanda II

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Sejarah berdirinya Polwan akibat Agresi Militer Belanda II
Sejarah berdirinya Polwan akibat Agresi Militer Belanda II

Intisari-online.com - Polisi wanita (Polwan) adalah satuan polisi khusus yang berjenis kelamin wanita.

Polwan di Indonesia lahir pada 1 September 1948, berawal dari Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, tatkala Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) menghadapi Agresi Militer Belanda II.

Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak adalah serangan militer yang dilancarkan oleh Belanda pada 19 Desember 1948 di Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya.

Agresi Militer Belanda II merupakan lanjutan dari Agresi Militer Belanda I yang terjadi pada 21 Juli 1947.

Belanda tetap bersikeras untuk menguasai Indonesia, meskipun sudah ada perjanjian Renville yang disepakati pada 17 Januari 1948.

Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang mengatur tentang gencatan senjata dan pembagian wilayah kekuasaan.

Namun, Belanda melanggar perjanjian tersebut dengan melakukan provokasi dan infiltrasi di wilayah Indonesia.

Pada 18 Desember 1948, Panglima Tentara Belanda di Hindia Belanda Jenderal Spoor menginstruksikan seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatra untuk memulai penyerangan.

Tujuan dari Agresi Militer Belanda II adalah menghancurkan status Republik Indonesia sebagai kesatuan negara.

Kemudian menguasai ibu kota sementara Indonesia, yaitu Yogyakarta, dan menangkap para pemimpin pemerintahan Indonesia.

Peran Polwan

Baca Juga: Tragis, Asyik Berselingkuh dengan Atasannya, Polwan Ini Tinggalkan Putrinya di Dalam Mobil Patroli, Ketika Ditemukan Dia Sudah Tewas Terpangang

Di tengah-tengah situasi perang tersebut, terjadi pengungsian besar-besaran meliputi pria, wanita, dan anak-anak meninggalkan rumah mereka untuk menjauhi titik-titik peperangan.

Untuk mencegah terjadinya penyusupan, para pengungsi harus diperiksa oleh polisi, namun para pengungsi wanita tidak mau diperiksa apalagi digeledah secara fisik oleh polisi pria.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemerintah Indonesia menunjuk Sekolah Polisi Negara (SPN) Bukittinggi untuk membuka "Pendidikan Inspektur Polisi" bagi kaum wanita.

Setelah melalui seleksi terpilihlah enam orang gadis remaja yang kesemuanya berdarah Minangkabau dan juga berasal dari Ranah Minang.

Mereka adalah Mariana Saanin Mufti, Nelly Pauna Situmorang, Rosmalina Pramono Dahniar, Sukotjo Djasmainar Husein, dan Rosnalia Taher.

Keenam gadis remaja tersebut secara resmi tanggal 1 September 1948 mulai mengikuti Pendidikan Inspektur Polisi di SPN Bukittinggi.

Sejak saat itu dinyatakan lahirlah Polisi Wanita yang akrab dipanggil Polwan.

Keenam Polwan angkatan pertama tersebut juga tercatat sebagai wanita ABRI pertama di tanah air yang kini kesemuanya sudah pensiun dengan rata-rata berpangkat Kolonel Polisi (Kombes).

Tugas Polwan di Indonesia terus berkembang tidak hanya menyangkut masalah kejahatan wanita, anak-anak dan remaja, narkotika dan masalah administrasi bahkan berkembang jauh hampir menyamai berbagai tugas polisi prianya.

Bahkan di penghujung tahun 1998, sudah lima orang Polwan dipromosikan menduduki jabatan komando (sebagai Kapolsek).

Hingga tahun 1998 sudah empat orang Polwan dinaikkan pangkatnya menjadi Perwira Tinggi berbintang satu.

Baca Juga: Telah Menikah Selama 5 Bulan, Pria Ini Tak Tahu Istrinya Polwan Gadungan, Ngaku Bisa Luluskan Orang ke Polisi Tanpa Tes Sampai Ditipu Rp204 Juta

Peristiwa berdirinya Polisi Wanita di Indonesia tidak lepas dari konteks perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajahan Belanda.

Agresi Militer Belanda II yang menyerang Yogyakarta pada 19 Desember 1948 menjadi latar belakang lahirnya Polwan pada 1 September 1948 di Bukittinggi.

Polwan merupakan satuan polisi khusus yang berjenis kelamin wanita yang memiliki peran penting dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

Polwan juga merupakan bagian dari wanita pejuang yang berkontribusi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Artikel Terkait