Di Balik Penganiayaan Oleh Oknum Paspampres Hingga Tewas, Korban Ternyata Sudah 2 Kali Diculik

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Sebelum akhirnya tewas, Imam Masykur ternyata sudah dua kali diculik. Kali ini keluarga tidak bisa memberi tebusan karena sedang kesulitan ekonomi.
Sebelum akhirnya tewas, Imam Masykur ternyata sudah dua kali diculik. Kali ini keluarga tidak bisa memberi tebusan karena sedang kesulitan ekonomi.

Sebelum akhirnya tewas, Imam Masykur ternyata sudah dua kali diculik. Kali ini keluarga tidak bisa memberi tebusan karena sedang kesulitan ekonomi.

Intisari-Online.com -Warga dihebohkan oleh video viral, isinya seorang yang sedang diculik sedang menelepon keluarganya untuk meminta uang tebusan.

Video tersebut beredar di media sosial.

Video itu juga merekam bagaimana pelaku penculikan korban yang belakangan diketahui bernama Imam Masykur (25).

Nahasnya, Imam akhirnya tewas akibat penculikan dan penganiyaan tersebut.

Yang bikin ironis, tiga dari penculik adalah anggota TNI aktif, di mana salah satunya berasal dari kesatuan Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres).

Imam adalah warga Desa Mon Keulayu, Kecamatan Gandapura, Bireuen, Aceh.

Menurur Fauziah (47), ibu, Imam ternyata sudah dua kali diculik.

Penculikan pertama pelaku meminta tebusan Rp13 juta dan penculikan yang kedua pelaku meminta tebusan Rp50 juta.

Pada 2022, penculikan pertama dilakukan, diduga oleh pelaku yang sama.

Saat itu, keluarga korban menebus dengan menyerahkan uang Rp 13 juta.

Sedangkan penculikan kali ini keluarga korban tak mampu menebus hingga nyawa korban melayang.

"Saya tidak mengetahui siapa pelaku penculikan pertama," kata Fauziah per telepon, Senin (28/8/2023).

Fauziah meminta kepada Presiden Jokowi agar pelaku dipecat dan dihukum dengan seberat-beratnya.

"Kami pun sampai kapan pun tidak akan memaafkan pelaku," ujar Fauziah.

Imam diculik dan dibunuh oleh lima pria, tiga di antaranya personel TNI aktif.

Satu di antara TNI ini bertugas di Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) warga Kabupaten Aceh Singkil, Provinsi Aceh, yang kini menetap di Jakarta.

Korban diketahui tewas pada 12 Agustus 2023.

Mayat korban diserahkan oleh Pomdam Jaya kepada keluarga untuk dipulangkan ke Aceh.

Kronologi

Dalam video yang beredar, para pelaku tampak menganiaya Imam.

Punggung korban dipukuli dalam mobil yang melaju.

Imam juga terlihat berusaha menghubungi keluarganya melalui panggilan telepon untuk mentransfer uang tebusan sebesar Rp50 juga kepada pelaku.

Fauziah menceritakan,awalnya Imam merantau ke Jakarta sejak setahun lalu.

Di Jakarta, Imam berjualan kosmetik.

Imam bahkan sudah mempunyai kios kosmetik sendiri di daerah Tangerang Selatan sejak empat bulan belakangan.

Selain itu, kondisi perekonomiannya di perantauan mulai membaik.

Sayangnya, kini putranya itu justru bernasib nahas.

Pada Sabtu (12/8/2023), Imam meneleponnya dan meminta uang Rp50.000.000.

Imam mengaku uang itu akan diserahkan karena ia sedang diculik.

“Saya tidak tahu apa masalahya,” kata Fauziah, seperti diberitakan Kompas.com, Minggu (27/8/2023).

Saat panggilan telepon masih tersambung, Fauziah juga mendengar suara orang lain yang diduga pelaku.

“Dia bilang, kalau sayang anak, kirim duit Rp 50 juta. Saya bilang, iya saya kirim. Jangan dipukul anak saya,” lanjutnya.

Fauziah juga mengaku pelaku mengatakan akan membunuh dan membuang mayat anaknya ke sungai jika uang tidak dikirim.

Seorang kerabat korban, Said Sulaiman mengungkapkan Imam dibawa paksa pelaku saat berada di Rempoa, Ciputat Timur, Kota Tangerang, Banten.

Setelah sambungan telepon terakhir, keluarga tidak bisa lagi menghubungi korban.

Imam juga tidak kembali pulang ke rumah.

Merasa khawatir, Said yang sedang berada di Jakarta melaporkan kejadian tersebut ke Polda Metro Jaya pada 14 Agustus 2023.

”Pelaku juga mengirimkan video penganiayaannya. Hingga saat laporan tersebut dibuat, korban (Imam) tidak dapat dihubungi,” kata Said, dikutip dari Kompas.id (27/8/2023).

Mengetahui anaknya dalam bahaya, Fauziah lantas berusaha mencari uang untuk tebusan.

Sayangnya, dia sedang mengalami kesulitan ekonomi sehingga sulit mendapatkan uang Rp50 juta.

Fauziah dan keluarga kemudian terbang ke Jakarta pada Sabtu (19/8) untuk mencari Imam.

Namun pada Rabu (23/8), Fauziah mendapatkan kabar anaknya ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat.

Jenazah Imam tergeletak di dalam sebuah kali.

Keesokan harinya, Fauziah melihat jenazah anaknya di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat.

Jenazah Imam diserahkan ke keluarga oleh Kodam Jayakarta untuk diberangkatkan ke Aceh.

Jenazah Imam tiba di rumahnya pada Sabtu (27/8/2023) dan langsung dimakamkan.

Makam korban berjarak 300 meter dari rumahnya di Desa Mon Kelayu, Kecamatan Gandapura, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh.

Komandan Polisi Militer Kodam Jaya (Danpomdam Jaya) Kolonel CPM Irsyad Hamdie Bey Anwar mengungkapkan pihaknya telah menangkap tiga orang dalam kasus dugaan pembunuhan Imam.

"Sementara yang kami amankan 3 orang," katanya, dikutip dari Kompas.com, Senin (28/8/2023).

Tiga orang yang ditangkap itu termasuk Praka RM yang merupakan prajurit dari kesatuan Pasukan Pengawal Presiden (Paspampres).

Ketiga orang ini disebut sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Meski begitu, motif tindakan pembunuhan tersebut belum diketahui.

Saat ini, pelaku sedang dimintai keterangannya.

"Terkait kejadian penganiayaan di atas, saat ini pihak berwenang yaitu Pomdam Jaya sedang melaksanakan penyelidikan terhadap dugaan adanya keterlibatan anggota Paspampres dalam tindak pidana penganiayaan," ujar Komandan Paspampres (Danpaspampres) Mayjen Rafael Granada, seperti dilansir dari Kompas.com, Minggu (27/8/2023).

Praka RM merupakan anggota Ta Walis 3/3/11 Ki C Walis di kesatuan Batalyon Pengawal Protokoler Kenegaraan (Yonwalprotneg) Paspampres.

Artikel Terkait