Soekarno dan Khrushchev, Rahasia di Balik Pertemuan Bersejarah Indonesia-Soviet

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Peristiwa di balik pertemuan Presiden Soekarno dan Khushchev.
Peristiwa di balik pertemuan Presiden Soekarno dan Khushchev.

Intisari-online.com - Pada tahun 1956 dan 1961, Presiden Indonesia Soekarno mengunjungi Uni Soviet dan bertemu dengan pemimpinnya, Nikita Khrushchev.

Pertemuan ini merupakan salah satu momen penting dalam sejarah hubungan Indonesia-Soviet, yang terjalin di tengah-tengah konflik global antara blok Barat dan Timur.

Apa yang sebenarnya dibicarakan oleh kedua pemimpin tersebut?

Bagaimana dampaknya bagi Indonesia dan dunia?

Artikel ini akan mengungkap rahasia di balik pertemuan bersejarah tersebut.

Soekarno adalah salah satu tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda.

Ia juga merupakan presiden pertama Republik Indonesia, yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Soekarno dikenal sebagai sosok yang karismatik, visioner, dan berani.

Ia memiliki cita-cita untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian.

Khrushchev adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah Uni Soviet.

Ia menjadi pemimpin Partai Komunis Uni Soviet dari tahun 1953 hingga 1964.

Baca Juga: Peristiwa Bandung Lautan Api: Penyebab Terjadi dan Tokoh-tokohnya

Kemudian juga merupakan pemimpin Uni Soviet selama krisis misil Kuba pada tahun 1962, yang hampir memicu perang nuklir antara Uni Soviet dan Amerika Serikat.

Khrushchev dikenal sebagai sosok yang pragmatis, reformis, dan berani.

Ia memiliki cita-cita untuk menjadikan Uni Soviet sebagai negara yang kuat, modern, dan berpengaruh.

Indonesia dan Uni Soviet memiliki hubungan yang cukup dekat sejak awal kemerdekaan Indonesia.

Uni Soviet adalah salah satu negara pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia pada tahun 1949.

Uni Soviet juga memberikan bantuan militer, ekonomi, dan teknologi kepada Indonesia, termasuk dalam bidang penerbangan dan antariksa.

Indonesia dan Uni Soviet juga memiliki pandangan yang sama dalam menentang imperialisme dan kolonialisme.

Soekarno mengunjungi Uni Soviet pada tahun 1956 dan 1961 dengan tujuan untuk mempererat hubungan bilateral antara kedua negara.

Soekarno juga ingin mendapatkan dukungan dari Uni Soviet untuk kebijakan luar negerinya, yaitu politik bebas aktif dan gerakan non-blok.

Politik bebas aktif adalah sikap Indonesia yang tidak memihak kepada salah satu blok dalam Perang Dingin, tetapi tetap aktif dalam menyelesaikan masalah-masalah internasional.

Gerakan non-blok adalah organisasi kerjasama antara negara-negara berkembang yang tidak terlibat dalam aliansi militer dengan blok Barat atau Timur.

Khrushchev menerima kunjungan Soekarno dengan tujuan untuk meningkatkan pengaruh Uni Soviet di Asia Tenggara dan Afrika.

Baca Juga: Bagaimana Cara Supaya Nilai-Nilai Pancasila Terhubung Dengan Peristiwa Harian Anda

Khrushchev juga ingin mendapatkan dukungan dari Soekarno untuk kebijakan luar negerinya, yaitu koeksistensi damai dan desakolonisasi.

Koeksistensi damai adalah sikap Uni Soviet yang bersedia berdialog dengan blok Barat untuk menghindari konfrontasi militer.

Desakolonisasi adalah proses pembebasan negara-negara bekas jajahan dari kekuasaan negara-negara imperialis.

Pembicaraan

Soekarno dan Khrushchev membicarakan berbagai topik penting dalam pertemuan mereka. Beberapa topik tersebut adalah:

Perdamaian Dunia: Soekarno dan Khrushchev sepakat bahwa perdamaian dunia harus dijaga dengan cara menghentikan perlombaan senjata nuklir, menyelesaikan konflik-konflik regional secara damai, dan menghormati hak-hak asasi manusia.

Kemerdekaan Nasional: Soekarno dan Khrushchev sepakat bahwa kemerdekaan nasional harus dijunjung tinggi dengan cara menentang segala bentuk imperialisme, kolonialisme, dan neokolonialisme.

Mereka juga mendukung perjuangan rakyat Palestina, Aljazair, Vietnam, dan lain-lain untuk memperoleh kemerdekaan dari penjajah.

Kerjasama Ekonomi: Soekarno dan Khrushchev sepakat bahwa kerjasama ekonomi harus ditingkatkan dengan cara meningkatkan perdagangan, investasi, dan bantuan antara kedua negara.

Mereka juga mendukung pembangunan industri, pertanian, dan infrastruktur di Indonesia dengan bantuan teknologi dan tenaga ahli dari Uni Soviet.

Kerjasama Budaya: Soekarno dan Khrushchev sepakat bahwa kerjasama budaya harus dikembangkan dengan cara meningkatkan pertukaran pelajar, seniman, dan ilmuwan antara kedua negara.

Mereka juga menghargai kekayaan dan keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia dan Uni Soviet.

Artikel Terkait