Intisari-online.com -Nikel adalah salah satu logam yang memiliki peran penting dalam berbagai sektor industri, terutama industri kendaraan listrik yang sedang berkembang pesat di dunia.
Nikel merupakan bahan baku utama untuk pembuatan baterai lithium-ion yang digunakan oleh kendaraan listrik, karena memiliki kemampuan menyimpan energi yang tinggi dan tahan lama.
Selain itu, nikel juga digunakan untuk pembuatan baja tahan karat, paduan logam, koin, katalis, dan lain-lain.
Indonesia merupakan negara dengan cadangan bijih nikel terbesar di dunia, sekitar 32,7 persen.
Australia berada di urutan kedua setelah Indonesia, yang memiliki 21,5 persen cadangan nikel dunia.
Berikutnya, menyusul Brazil dengan cadangan bijih nikel 12,4%.
Dengan cadangan nikel yang melimpah, Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemasok nikel dunia.
Terutama untuk memenuhi kebutuhan industri kendaraan listrik yang diprediksi akan terus meningkat di masa depan.
Namun, Indonesia tidak hanya puas menjadi pengekspor bijih nikel mentah, melainkan juga berupaya untuk mengembangkan industri hilirisasi nikel di dalam negeri.
Hilirisasi nikel adalah proses pengolahan dan pemurnian bijih nikel menjadi produk bernilai tambah, seperti nikel matte, feronikel, nickel pig iron (NPI), dan lain-lain.
Dengan melakukan hilirisasi nikel, Indonesia dapat meningkatkan nilai ekonomi dari sumber daya alamnya, menciptakan lapangan kerja, dan mengurangi ketergantungan pada impor produk nikel.
Baca Juga: Nikel Indonesia Jadi Rebutan Dunia, Ini Daftar Negara Peminatnya
Salah satu langkah strategis yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mendorong hilirisasi nikel adalah dengan memberlakukan larangan ekspor bijih nikel mentah sejak Januari 2020.
Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong perusahaan tambang nikel untuk membangun fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) di dalam negeri, atau bekerja sama dengan perusahaan smelter yang sudah ada.
Dengan demikian, Indonesia dapat menghemat devisa negara, mengurangi dampak lingkungan dari penambangan nikel, dan meningkatkan nilai tambah dari produk nikel.
Selain itu, pemerintah Indonesia juga berupaya untuk mengembangkan industri baterai kendaraan listrik di dalam negeri, dengan memanfaatkan produk hilirisasi nikel sebagai bahan bakunya.
Pemerintah telah menandatangani beberapa kerjasama dengan perusahaan multinasional, seperti LG Chem dari Korea Selatan, CATL dari China, dan Tesla dari Amerika Serikat, untuk membangun pabrik baterai lithium-ion di Indonesia.
Dengan demikian, Indonesia tidak hanya menjadi produsen nikel dunia, tetapi juga menjadi produsen baterai kendaraan listrik dunia.
Dengan berbagai langkah yang telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk mengembangkan industri nikel di dalam negeri, tidak heran jika nikel Indonesia menarik perhatian dunia.
Nikel Indonesia memiliki kualitas dan kuantitas yang tinggi, serta berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari pengembangan industri nikel di dalam negeri.
Nikel Indonesia menjadi salah satu faktor penentu bagi masa depan industri kendaraan listrik dunia.