Ia bahkan pernah menyatakan bahwa ia lebih memilih menjadi warga negara Belanda daripada menjadi bagian dari RIS.
Ia juga menolak untuk mengibarkan bendera merah putih di wilayahnya dan mengancam akan memisahkan diri dari RIS jika Irian Barat diserahkan kepada Indonesia.
Sultan Hamid II juga terlibat dalam beberapa aksi konspirasi dan pemberontakan melawan pemerintah Indonesia.
Pada tahun 1950, ia diduga bersekongkol dengan Raymond Westerling, seorang mantan perwira Belanda yang memimpin pasukan APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) untuk melakukan serangan terhadap kota Bandung dan Jakarta.
Tujuan dari serangan ini adalah untuk menggulingkan pemerintah RIS dan mengembalikan kekuasaan Belanda di Indonesia.
Namun, rencana ini gagal karena ditangkapnya Westerling oleh tentara Indonesia.
Pada tahun 1952, Sultan Hamid II kembali terlibat dalam upaya pembunuhan terhadap beberapa menteri kabinet Indonesia, termasuk Perdana Menteri Wilopo dan Menteri Pertahanan Sultan Hamengkubuwono IX.
Ia bekerja sama dengan seorang pengusaha asal Singapura bernama Loa Sek Hie, yang juga merupakan anggota Partai Nasionalis Tionghoa Indonesia (Baperki).
Mereka berencana untuk meledakkan pesawat yang membawa para menteri tersebut saat mereka melakukan kunjungan ke Kalimantan Barat.
Namun, rencana ini juga gagal karena adanya informasi bocor dari salah satu anggota komplotan.
Akibat dari perbuatannya, Sultan Hamid II ditangkap dan diadili oleh pengadilan militer pada tahun 1954.
Baca Juga: Siapakah Tokoh-tokoh yang Terlibat dalam KMB? Inilah Delegasi dari Indonesia dan Belanda dalam KMB
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR