Intisari-Online.com -Lombok, sebuah pulau di Nusa Tenggara Barat, kembali diguncang oleh gempa bumi tektonik pada Minggu, 20 Agustus 2023.
Gempa ini terjadi pada pukul 10.52.32 WITA dengan kekuatan magnitudo 4,0.
Meskipun tergolong sedang, gempa ini cukup dirasakan oleh masyarakat di Lombok Utara, Lombok Timur, dan Lombok Barat.
Gempa ini juga termasuk ke dalam kategori gempa dangkal, yang terjadi akibat adanya aktivitas sesar aktif di darat.
Gempa dangkal memiliki potensi untuk menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada gempa dalam, karena jaraknya yang lebih dekat dengan permukaan bumi.
Bagaimana gempa dangkal ini bisa terjadi di Lombok? Apa dampaknya bagi masyarakat dan lingkungan?
Berikut ulasan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan ahli geologi tentang gempa hari ini di Lombok.
Gempa Lombok Hari Ini
Pada hari Sabtu, 20 Agustus 2023, pukul 09:52:32 WIB, terjadi gempa bumi dengan kekuatan magnitudo 4.0 di wilayah Lombok.
Lokasi gempa berada di koordinat 8.26 LS dan 116.42 BT, sekitar 30 km Barat Laut dari Lombok Utara di daratan.
Baca Juga: Upaya yang Dapat Dilakukan untuk Mengurangi Risiko Bencana Gempa Bumi
Kedalaman gempa mencapai 10 km di bawah laut.
Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa ini dirasakan oleh masyarakat di beberapa daerah dengan skala getaran (MMI) III di Lombok Utara dan Lombok Timur, serta II di Lombok Barat.
Walaupun tidak terlalu kuat, gempa ini mengingatkan kita untuk selalu siaga terhadap kemungkinan dampak yang bisa ditimbulkan oleh gempa bumi.
BMKG terus mengupdate informasi terkini dan valid mengenai gempa bumi ini agar masyarakat dapat memahami situasi dengan lebih baik.
Informasi ini masih bersifat sementara dan dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan data yang lebih lengkap.
Gempa Dangkal, Lebih Destruktif
Dengan kekuatan 4 magnitudo, seharusnya gempa yang terjadi di Lombok tersebut bukan termasuk gempa yang mampu menimbulkan ancaman.
Namun, ada faktor lain yang membuat gempa tersebut membuat BMKG terus memantaunya.
Pemicunya adalah kedalaman dari gempa tersebut yang "hanya" 10 km di bawah permukaan laut.
Dengan kedalaman tersebut, maka gempa yang terjadi hari ini di Lombok termasuk ke dalam gempa dangkal.
Perlu diketahui bahwa intensitas guncangan tanah akibat gempa bumi dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu kekuatan dan jarak gempa.
Baca Juga: Gempa Hari Ini di Maluku Tenggara, Mengapa Indonesia Rawan Terkena Bencana Gempa Bumi?
Gempa bumi besar yang terjadi pada kedalaman lebih dari 50 km dapat menimbulkan kerusakan luas, tetapi guncangan yang dirasakan manusia tidak terlalu kuat karena gelombang seismik harus menempuh setidaknya 50 km sebelum sampai ke permukaan.
Gempa bumi jenis ini jarang menyebabkan banyak korban jiwa.
Contohnya adalah gempa Tasikmalaya tahun 2017 yang berkekuatan 6,5 SR dan terjadi pada kedalaman 90 km.
Gempa ini hanya menewaskan empat orang dan merusak 4.826 rumah.
Sebaliknya, gempa Cianjur yang terjadi pada 21 November 2022 memiliki kekuatan yang lebih kecil, yaitu 5,6 skala Richter, tetapi menimbulkan kerusakan yang lebih besar.
Hal ini karena gempa Cianjur terjadi sangat dekat dengan Kota Cianjur, yaitu beberapa kilometer saja.
Guncangan yang ditimbulkan oleh gempa ini mencapai skala 8 menurut skala Mercalli yang dibuat oleh seorang vulkanologis dari Italia bernama Giuseppe Mercalli.
Gempa zona yang terjadi di lepas pantai juga dapat dibandingkan dengan gempa Cianjur.
Gempa zona biasanya memiliki ukuran yang lebih besar daripada gempa Cianjur, tetapi jarang menyebabkan banyak korban jiwa karena jaraknya yang jauh dari pusat populasi, yaitu lebih dari 100 km.
Akibatnya, keruntuhan bangunan akibat gempa ini tidak terlalu banyak.
Bahaya yang jarang terjadi
Gempa bumi dangkal di daratan juga menjadi sangat berbahaya karena jarang terjadi, terutama di Jawa.
Kondisi ini membuat banyak orang tidak menyadari risikonya.
Populasi Pulau Jawa meningkat empat kali lipat selama abad ke-20.
Selama periode ini, hanya ada satu gempa dangkal yang terjadi, yaitu pada tahun 1924 yang menewaskan hampir 800 orang, dan empat gempa lainnya yang menewaskan antara 10 hingga 100 orang.
Kemudian pada tahun 2006, terjadi gempa bumi Yogyakarta dengan kekuatan 6,3 skala Richter.
Gempa ini sangat luar biasa dan menewaskan hingga 5.749 orang.
Selama beberapa generasi, tidak ada gempa bumi besar yang terjadi di daerah lain di Pulau Jawa.
Oleh karena itu, banyak bangunan yang dibangun tanpa memperhatikan standar konstruksi yang tahan gempa.
Akibatnya, banyak bangunan yang runtuh ketika gempa terjadi.
Gempa bumi tektonik yang terjadi di Lombok merupakan fenomena alam yang tidak dapat diprediksi dengan pasti.
Namun, dengan memahami penyebab dan dampaknya, kita dapat mengambil langkah-langkah pencegahan dan mitigasi untuk mengurangi risiko kerusakan dan korban jiwa.
BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan waspada terhadap kemungkinan gempa susulan.
Selain itu, masyarakat juga diharapkan untuk memperhatikan standar konstruksi bangunan yang tahan gempa, serta mengikuti protokol kesehatan saat menghadapi situasi darurat akibat gempa bumi.
Baca Juga: Upaya yang Dapat Dilakukan untuk Mengurangi Risiko Bencana Gempa Bumi