Berawal dari kegiatan-kegiatan semacam itu, Dion mengungkapkan keinginannya mengajak audiens untuk kembali menekuri sejarah dalam kegiatan reka ulang.
"Cita cita idealnya sebenarnya saya ingin mengajak muda untuk mengenal sejarah bangsanya, agar lebih cinta pada bangsa dan negaranya. Seperti kata Bung Karno: 'Jangan sekali kali meninggalkan sejarah'." Kemudian dia melanjutkan, "Yuuuk, kenali dan cintai sejarah bangsamu supaya kalian tidak mudah diombang ambingkan."
Di Balik Para Pemeran Romansa Negeri
Yosef Errol Tornado, salah satu pemeran serdadu KNIL yang juga mempersiapkan para pemeran, mengatakan bahwa beberapa peran yang membutuhkan properti khusus dimainkan oleh para pegiat komunitas ini yang telah memilikinya untuk kegiatan reka ulang sejarah.
Sebagai contoh untuk pemeran serdadu KNIL 1930-an, setidaknya seorang pegiat reka ulang sejarah mengenakan seragam serdadu semasa lengkap dengan topi bambu, suspender, sepatu, klewang, dan senapan Manlicher.
Sementara itu untuk peran-peran pendukung, Errol memberi kesempatan kepada anak-anak sekolah. Dia menambahkan seorang pegiat Reenactor Bangor melakukan pendekatan ke sekolah-sekolah untuk mencari pemeran baru. "Selama ini pihak sekolah mendukung seratus persen kegiatan ini," ujarnya.
Bahkan, semenjak setahun silam, tokoh-tokoh penting dalam sejarah—seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Subardjo—diperankan oleh siswa sekolah. "Sudah tentu kita latih khusus agar bisa mendalami peran tersebut," kata Errol. "Semua pelatihan dan perlengkapan kita support."
Karena setiap tahun Reenactor Bangor selalu menyelenggarakan acara sosiodrama, maka mereka berinisiatif untuk memilikinya sendiri, seperti kostum dan peranti reka ulang sejarah. Salah satu upayanya adalah melakukan riset baik busana maupun senjata atau peranti lainnya supaya memenuhi prasyarat dalam kegiatan reka ulang sejarah.
Errol mengungkapkan bahwa sejauh ini Museum Perusmusan Naskah Proklamasi hanya mempercayai komunitas Reenactor Bangor, sehingga dia dan kawan-kawannya mulai menyiapkan bibit-bibit pengganti untuk meneruskan gelaran ini.
Komunitas Bangor merupakan forum cair bagi semua pemerhati dan pegiat reka ulang sejarah sejak 2016. Para penggagasnya dengan sadar tidak membuat struktur organisasi dan tidak membatasi domisili simpatisannya. Selama ini aktivitas dan diskusi mereka melalui WA Group dan akun Instagram @reenactorbangor.
"Meski komunitas Bangor [bersifat] tidak terikat, namun paling tidak setiap generasi muda yang mulai ikut terlibat di setiap pagelaran mulai merasa tertarik untuk makin mendalami kegiatan sosiodrama ini," pungkas Errol. "Sebab ini bagus dan menambah pengetahuan mengenai sejarah berdirinya negara kita."
Penulis | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR