Yang menarik dari jenis sampah yang terkumpul di kawasan Blok M ini adalah ternyata banyak sampah puntung rokok yang dibuang sembarangan. Jumlah mencapai ratusan.
"Jadi kembali mengingatkan teman-teman yang merokok, harusnya bisa lebih bertanggung jawab dengan membuat puntung rokoknya di tempat yang semestinya," tegas Diky.
Diky mengingatkan bahwa puntung rokok bisa merusak kualitas tanah dan air kita. Hasil sebuah penelitian membenarkan hal itu.
Hasil riset yang terbit di jurnal Ecotoxicology and Environmental Safety pada 2019 menemukan bahwa puntung rokok membutuhkan waktu yang lama untuk terurai. Apabila dibuang sembarangan, puntung rokok akan merusak lingkungan hidup.
Pada dasarnya, puntung rokok terdiri atas ribuan serat selulosa asetat. Meski bisa terurai secara biologis, serat ini membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk terurai.
Serat selulosa asetat, seperti mikroplastik lainnya, juga merupakan polutan umum yang ditemukan di ekosistem, bahkan terakumulasi di dasar laut dalam.
Lebih dari itu, filter rokok bekas juga mengandung ribuan bahan kimia yang dapat membunuh tanaman, serangga, tikus, jamur, dan makhluk hidup lainnya. Bahkan, beberapa bahan kimia dalam filter rokok bekas dikenal sebagai karsinogen, senyawa penyebab kanker.
Dalam kegiatan Circular City Clean sebelumnya, Hendro Subroto selaku penggagas organisasi Operasi Semut memberi tips cara melihat kesadaran masyarakat terhadap sampah.
"Tungguin saja orang yang sedang merokok sampai dia selesai merokok. Kita lihat apakah dia kemudian buang puntung rokoknya ke tempat sampah, dia simpan di sakunya, atau dia buang sembarangan," ujar Hendro.
"Saya dapat info ini dari instagram. Saya tertarik mengenai lingkunga," kata Ayung, sapaan Hyun Yung, yang merupakan pensiuan pegawai swasta.
Ayung peduli pada masalah sampah karena menurutnya sampah sudah berdampak terhadap perubahan iklim. "Suhu bumi meningkat," ujarnya.
KOMENTAR