Intisari-online.com - Kerajaan Sriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Nusantara pada masa klasik.
Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-7 Masehi dan mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-8 dan 9 Masehi.
Salah satu raja yang berjasa dalam membawa Sriwijaya ke puncak kemegahan adalah Balaputradewa.
Balaputradewa adalah putra dari Samaratungga, raja Wangsa Syailendra yang memerintah di Jawa.
Ibunya adalah Dewi Tara, putri dari Sri Dharmasetu, raja Wangsa Soma yang memerintah di Sriwijaya.
Balaputradewa lahir sebagai pangeran Jawa, tetapi kemudian menjadi raja Sriwijaya setelah kakeknya wafat.
Balaputradewa menggantikan kakeknya sebagai raja Sriwijaya sekitar tahun 835 Masehi.
Ia mewarisi kerajaan yang luas dan makmur, yang meliputi wilayah Sumatera, Semenanjung Malaya, Kamboja, Thailand Selatan, dan sebagian Jawa.
Baca Juga: Ini Alasan Letak Kerajaan Sangat Berpengaruh Bagi Sektor Ekonomi Masing-masing Kerajaan
Ia juga mewarisi hubungan dagang yang baik dengan negara-negara lain, seperti India, Cina, dan Arab.
Balaputradewa tidak hanya mempertahankan kekuasaan dan kemakmuran Sriwijaya, tetapi juga memperluas dan menguatkan kerajaannya.
Ia melakukan beberapa ekspedisi militer untuk menaklukkan daerah-daerah yang memberontak atau bersaing dengan Sriwijaya.
Kemudian juga menjalin aliansi dengan kerajaan-kerajaan lain, seperti Kamboja dan Jawa.
Salah satu prestasi Balaputradewa adalah mengalahkan Kerajaan Mataram di Jawa pada tahun 856 Masehi.
Ia berhasil merebut ibu kota Mataram, Prambanan, dan mengusir raja Mataram, Pikatan, ke pedalaman Jawa.
Kemudian membawa pulang beberapa patung dan prasasti dari Prambanan sebagai tanda kemenangannya.
Balaputradewa juga dikenal sebagai raja yang taat beragama Buddha. Ia mendirikan beberapa candi dan vihara untuk memuliakan Buddha dan para arhat (orang suci).
Ia juga mendukung perkembangan pendidikan dan kebudayaan Buddha di Sriwijaya.
Lalu mengundang para guru dan biksu Buddha dari India untuk mengajar di Sriwijaya.
Salah satu guru Buddha yang terkenal yang datang ke Sriwijaya adalah Dharmapala dari Nalanda.
Ia datang sekitar tahun 860 Masehi atas undangan Balaputradewa.
Kemudian mengajar di vihara Nalanda yang didirikan oleh Balaputradewa di Palembang.
Ia juga menulis sebuah prasasti untuk memuji Balaputradewa sebagai raja besar dan cucu Dharanindra (nama lain Samaratungga).
Balaputradewa memerintah Sriwijaya sampai sekitar tahun 890 Masehi.
Ia digantikan oleh putranya, Udayadityawarman.
Di bawah kepemimpinan Balaputradewa, Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya sebagai kerajaan maritim terbesar dan terkuat di Nusantara.
Ia juga meninggalkan warisan berupa candi-candi, prasasti-prasasti, dan catatan-catatan sejarah yang menjadi saksi bisu dari kemegahan Sriwijaya.