Mereka, para broker itu, menggunakan pelbagai cara untuk meyakinkan mereka supaya mau pergi ke India melakukan operasi pengambilan ginjal.
Para broker itu meyakinkan penduduk: manusia hanya butuh satu ginjal untuk bertahan hidup.
Tak berhenti sampai situ, mereka juga menambahi, bahwa ginjal akan tumbuh kembali setelah beberapa saat.
Untuk setiap ginjal, para broker itu biasa menebusnya seharga 2000 dolar (sekitar Rp30 juta).
“Selama 10 tahun orang datang ke desa kami mencoba meyakinkan kami untuk menjual ginjal kami, tapi saya selalu bilang tidak,” kata Geetha, salah seorang penduduk.
Tapi seiring bertambahnya keluarganya, dia tetap ingin menyediakan rumah yang lebih layak.
“Saya selalu ingin rumah saya sendiri dan sebidang tanah, dan dengan anak-anak lagi, saya benar-benar membutuhkannya.”
Dia pun akhirnya pergi bersama kakak iparnya yang seorang broker, ke India, untuk menjalani operasi.
Sayangnya, rumah Gethaa—yang ia bayar menggunakan salah satu ginjalnya—hancur dilanda gempa yang mengguncang Nepal pada akhir April 2015.
Bencana itu membuat sebagian besar penduduk desa menjadi tunawisma dan memaksa beralih ke alkohol untuk memendam kepedihan mereka.
Dan dalam kondisi seperti ini, perdagangan ginjal semakin giat.
Meski ilegal, diperkirakan ada 10 ribu operasi gelap dengan 7.000 ginjal dijual tiap tahun.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR