Mereka dievakuasi oleh Kapten Van Hohendorff bersama pasukan VOC dan mengungsi ke arah Magetan melalui Gunung Lawu.
1 Juli 1742, Sunan Amangkurat V alias Sunan Kuning akhirnya bertakhta di Kartasura.
Untuk menjalankan pemerintahkan, Amangkurat V menunjuk Tumenggung Mangun Oneng sebagai patih.
Sementara Tumenggung Martapura diangkat menjadi pelaksana harian komando pertempuran dengan nama Sujanapura.
Raden Suryakusuma kelak dikenal sebagai Pangeran Prangwedana diangkat sebagai panglima perang.
Tak berhenti di situ, pasukan Amangkurat V juga merencanakan penyerangan ke benteng VOC di Semarang.
Sebanyak 1.200 pasukan gabungan Jawa-Tionghoa dipimpin Raden Mas Said dan Singseh menuju Welahan.
Di sana, mereka bertempur dengan pasukan VOC yang dipimpin oleh Kapten Gerrit Mom, VOC berhasil memukul mundur pasukan Jawa-Tionghoa.
Sejak itu, pasukan Amangkurat V mengalami beberapa kekalahan.
Bahkan beberapa pimpinan terbunuh seperti Tan We Kie di pulau Mandalika, lepas pantai Jepara dan Singseh tertangkap di Lasem dan dieksekusi mati di sana.
Pada November 1742, Kartasura diserang dari berbagai arah.
Dari arah Bengawan Solo ada pasukan Cakraningrat IV, dari arah Ngawi ada pasukan Pakubuwana II, dan dari arah Ungaran dan Salatiga ada pasukan VOC.
Terdesak, Amangkurat V pun meninggalkan Kartasura dan mengungsi ke arah selatan bersama pasukannya.
Pada 1743, Amangkurat V akhirnya menyerahkan diri ke loji VOC di Surabaya.
Setelah beberapa hari ditawan di Surabaya, dia bersama beberapa pengikutnya dibawa ke Semarang lalu ke Batavia, hingga akhirnya diasingkan ke Sri Lanka.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR