Pernah Disebut Sebagai Pengkhianat Mataram, Raden Ronggo Nyatanya Inspirasi Pangeran Diponegoro Melawan Belanda

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Raden Ronggo Prawirodirjo pernah dianggap pengkhianat oleh Kesultanan Mataram Yogyakarta. Dia juga inspirasi Pangeran Diponegoro melawan Belanda.
Raden Ronggo Prawirodirjo pernah dianggap pengkhianat oleh Kesultanan Mataram Yogyakarta. Dia juga inspirasi Pangeran Diponegoro melawan Belanda.

Raden Ronggo Prawirodirjo pernah dianggap pengkhianat oleh Kesultanan Mataram Yogyakarta. Dia juga inspirasi Pangeran Diponegoro melawan Belanda.

Intisari-Online.com -Ada sejumlah tokoh yang disebut menginspirasi Pangeran Diponegoro dalam perang melawan Jawa.

Salah satu tokoh itu adalah Raden Ronggo Prawirodirjo.

Ironisnya, Raden Raonggo pernah disebut sebagai pengkhiatan oleh Kesultanan Mataram Yogyakarta.

Sepak terjang Raden Ronggo diingat karena keberanianya saat melawan Belanda pada abad ke-19.

Dia adalah Bupati Karesidenan Madiun dan Bupati Wedana Mancanegara Timur Kesultanan Yogyakarta.

Raden Ronggo Prawirodirjo III lahir sekitar tahun 1779 di Madiun sebagai putra dari Raden Ronggo Mangundirjo dan cucu dari Kyai Ronggo Wirosentiko.

Kyai Ronggo Wirosentiko atau Raden Ronggo Prawirodirjo I adalah seorang jawara Sukowati yang menjadi sekutu utama Pangeran Mangkubumi, pendiri Kesultanan Yogyakarta, dalam Perjanjian Giyanti pada tahun 1755.

Melalui ibunya, Raden Ronggo Prawirodirjo III juga merupakan cucu dari Sultan Mangkubumi.

Ia menikah dengan Gusti Bendoro Raden Ayu Madoeretno, putri dari Sultan Hamengkubuwana II, dan memiliki seorang putri yang bernama sama.

Putrinya kemudian menikah dengan Bendara Pangeran Harya Diponegoro, putra dari Sultan Hamengkubuwana III.

Raden Ronggo Prawirodirjo III lebih sering tinggal di Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat karena menjadi penasihat politik Sultan Hamengkubuwana II.

Dia juga dikenal sebagai sosok yang begitu keras terhadap pemerintah kolonial Belanda yang ketika itu dipimpin oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels.

Pada tahun 1810, ia memimpin pemberontakan melawan Belanda yang dipicu oleh tindakan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels yang mengambil alih hutan jati di Jawa Timur dan mengancam keselamatan rakyat Jawa dan Cina.

Dia menyatakan bahwa pemberontakannya bertujuan untuk membersihkan Jawa yang ternoda Belanda dan membela hak-hak rakyat.

Namun, pemberontakan ini tidak mendapat dukungan dari Sultan Hamengkubuwana II yang lebih memilih bersekutu dengan Belanda.

Sultan mengirim perintah rahasia kepada pasukan gabungan Yogya-Belanda untuk menangkap dan membunuh Raden Ronggo.

Setelah tiga ekspedisi gagal, akhirnya pada tanggal 20 November 1810, Raden Ronggo tertangkap di Sekaran, di sekitar Bojonegoro.

Dia dibunuh secara brutal oleh pasukan gabungan Yogya-Belanda dan jenazahnya dibawa ke Yogyakarta dengan keranda terbuka untuk dipertontonkan di Pangurakan utara alun-alun keraton sebagai begal biasa.

Dia juga disebut sebagia pengkhianat dan jenazahnya dimakamkan di pemakaman para pecundang di Banyusumurup.

Meskipun dibunuh secara tidak terhormat oleh musuh-musuhnya, Raden Ronggo Prawirodirjo III tetap dikenang sebagai pejuang perintis perlawanan terhadap kolonialisme Belanda.

Ia menjadi suri teladan bagi perjuangan Pangeran Diponegoro yang mengaguminya sebagai banteng terakhir Kesultanan Yogyakarta.

Dalam babad autobiografinya yang ditulis dalam pengasingan di Manado pada tahun 1831-1832, Pangeran Diponegoro menyebut nama Raden Ronggo berkali-kali sebagai contoh keberanian dan kebijaksanaan dalam menghadapi Belanda dan menjaga keutuhan Jawa.

Pada 1973, Sultan Hamengkubuwana IX mengembalikan jenazah Raden Ronggo Prawirodirjo III ke Giripurno untuk disemayamkan bersama sang istri.

Dia juga memberikan gelar Kanjeng Ario Adipati kepada Raden Ronggo sebagai penghormatan atas jasanya.

Raden Ronggo Prawirodirjo III merupakan salah satu tokoh sejarah yang layak dijadikan panutan dan inspirasi bagi generasi muda Indonesia.

Ia menunjukkan semangat juang yang tinggi, loyalitas yang kuat kepada rakyat dan tanah airnya, serta sikap kritis dan berani dalam menentang penjajahan.

Ia juga merupakan sosok yang cerdas, banyak membaca, dan ahli di bidang hukum Islam-Jawa.

Dengan mengenal lebih dekat sosok Raden Ronggo Prawirodirjo III, kita dapat belajar banyak dari nilai-nilai luhur yang ia anut dan perjuangan yang ia lakukan.

Kita dapat mengambil pelajaran bahwa kita harus selalu berani berdiri di pihak kebenaran dan keadilan, serta tidak mudah menyerah dalam menghadapi tantangan dan rintangan.

Kita juga dapat meneladani sikap Raden Ronggo yang mencintai budaya dan tradisi Jawa, tetapi juga terbuka terhadap ilmu pengetahuan dan perubahan zaman.

Demikianlah artikel singkat tentang Raden Ronggo Prawirodirjo III.

Semoga artikel ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat dan menambah wawasan kita tentang sejarah bangsa Indonesia.

Artikel Terkait