Tradisi malam satu Suro tak sekadar perayaan pergantian tahun. Ia juga menyimpan banyak makna hidup.
Intisari-Online.com - 1 Muharram tidak sekadar ritual pergantian tahun bagi masyarakat Jawa, khususnya lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta.
Lebih dari itu, 1 Muharram atau 1 Suro, persisnya malam 1 Suro, adalah malam sakral.
Di malam ini, masyarakat Jawa, khususnya di lingkungan Keraton Surakarta, melakukan bermacam ritual.
Yang paling populer adalah Kirab Malam Satu Suro Keraton Surakarta.
Menurut situs Dinas Kebudayaan Surakarta, ritual ini sudah dilakukan turun-temurun selama ratusan tahun.
Ritual Malam Satu Suro bermakna refleksi diri, mengingat kembali kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat selama satu tahun yang telah dilewati.
Karena ini adalah momen bergantinya tahun, sehingga berganti pula sifat manusia menjadi lebih baik.
Biasanya, ribuan orang turut berpartisipasi dalam ritual Kirab Satu Suro ini.
Mulai dari Raja beserta keluarga dan kerabat, kemudian abdi dalam wilayah Solo Raya, hingga masyarakat umum.
Turut serta kebo (kerbau) bule yang berperan sebagai cucuk lampah kirab, keturunan dari Kebo Kyai Slamet.
Kebo Bule bukan kerbau biasa.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR