Pangeran Diponegoro memimpin masyarakat Jawa, dari kalangan petani hingga priyayi turut menyumbangkan uang dan barang-barang berharga lainnya sebagai dana perang.
Pangeran Diponegoro juga dibantu oleh 15 pangeran, termasuk Pangeran Mangkubumi, adiknya.
Selain itu, ia juga berhasil mengajak para bandit profesional yang ditakuti oleh penduduk.
Perjuangan Diponegoro juga dibantu oleh Kyai Mojo yang menjadi pemimpin spiritual pemberontakan.
Dalam perang ini, Pangeran Diponegoro juga berkoordinasi dengan I.S.K.S. Pakubuwono VI, raja Surakarta, yang juga menentang Belanda.
Sultan Hamengkubuwono III mendukung perjuangan putranya dengan memberikan bantuan logistik dan moral.
Ia juga memberikan gelar kepada Pangeran Diponegoro sebagai Sultan Sepuh atau Sultan Tua, yang menunjukkan bahwa ia adalah pewaris sah takhta Kesultanan Yogyakarta.
Sultan Hamengkubuwono III meninggal pada tanggal 3 November 1814 dan dimakamkan di Imogiri.
Ia digantikan oleh putranya yang lain, Sultan Hamengkubuwono V.
Perang Jawa berlangsung selama lima tahun dan menelan banyak korban jiwa dari kedua belah pihak.
Pada tahun 1829, Kyai Mojo, pemimpin spiritual pemberontakan, ditangkap.
Baca Juga: Kisah Tragis Runtuhnya Keraton Mataram Kartasura, Dari Pemberontakan Hingga Pembakaran
Kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada Belanda.
Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang.
Pangeran Diponegoro menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan.
Namun, Belanda mengkhianati janjinya dan mengasingkan Pangeran Diponegoro ke Makassar, Sulawesi Selatan, hingga akhir hayatnya pada tanggal 8 Januari 1855.
Sultan Hamengkubuwono III dan Pangeran Diponegoro adalah dua generasi pejuang kemerdekaan Indonesia yang patut dihormati dan diteladani.
Mereka berani melawan penjajahan Belanda dengan segala risiko dan pengorbanan yang harus mereka tanggung.
Mereka juga memiliki hubungan ayah-anak yang harmonis dan saling mendukung dalam perjuangan mereka.
Keduanya adalah contoh nyata dari semangat nasionalisme dan patriotisme yang harus kita lestarikan.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR