Intisari-Online.com -Baru-baru ini sebuah lembaga bernamaCydem International Research mengumumkan daftarartis-artis yang paling kaya di Indonesia.
Sebagian besarnama-nama yang terdapat dalam daftar tersebut sudah dianggap "wajar" oleh masyarakat Indonesia.
Namun, uniknya puncak daftar tersebut justru ditempati oleh nama yang asing dalam daftar deretan artis terkaya Indonesia.
Anda tentu akan terkejut jika mengetahui bahwa nama yang dimaksud adalah Rey Utami, istri dari Pablo Benua.
Apalagi Rey Utami diketahui oleh warganet Indonesia "hanya" berprofesi sebagaiseorang presenter dan influencer.
Namun, dia berhasil memuncaki daftar tersebut karena kekayaansuaminya yang merupakan seorang pengusaha tambang nikel di Sulawesi Tengah dan CEO dari PT. Sentul City Central Property.
Karena kekayaan suaminya itulah, kekayaan Rey Utami saat ini diperkirakan mencapai Rp4,7 triliun, ditambah dengan aset berupa rumah dan mobil yang bernilai miliaran rupiah.
Angka yang sangat besar untuk sebagian penduduk Bumi saat ini, namun justru menjadi angka yang sangat kecil jika dibandingkan dengan sosok manusia terkaya sepanjang sejarah.
Bayangkan saja, kekayaan Rey Utami yang mencapai triliunan rupiah tidak sampai 0,1 persen dari kekayaan sosok tersebut.
Kok bisa? Simak ulasan lengkapnya berikut ini.
Mansa Musa, Manusia Terkaya Sepanjang Sejarah
Namanya adalah Mansa Musa, seorang raja yang dikenal sebagai orang terkaya dalam sejarah manusia.
"Musa sangat kaya dan berkuasa, hingga sulit bagi kita untuk membayangkan betapa hebatnya dia," kata Rudolph Butch Ware, seorang profesor sejarah di University of California kepada Garnett.
Garnett menulis tentang kisah Mansa Musa dalam artikelnya yang berjudul The Story Of Mansa Musa: The Richest Man In Human History, yang diterbitkan pada 4 Januari 2022 oleh Boss Hunting.
Mansa Musa mewarisi sebuah kerajaan yang sudah makmur. Ketika dia menjadi raja, banyak kerajaan di Eropa mengalami kesulitan ekonomi karena menurunnya produksi emas dan perak.
"Kekayaan Musa berasal dari penambangan garam dan emas yang banyak terdapat di kerajaan Mali, serta gading dari gajah-gajah," tulis Garnett.
Dia juga memperluas perdagangan, sehingga Mali menjadi kerajaan terkaya di Afrika saat itu.
Ketika dia pergi haji ke Mekkah, dia membawa 1.000 orang pengawal, 100 unta yang masing-masing membawa 136 kilogram emas, musisi pribadi, dan 500 budak yang memegang tongkat emas.
Rudolph mengatakan bahwa "selama perjalanan (haji), dia menunjukkan kekayaannya kepada seluruh dunia dengan memberikan emas yang dia bawa kepada semua orang yang dia temui."
Ketika dia singgah di Kairo, dia memberikan banyak emas kepada orang-orang miskin dan kelaparan di sana, sehingga menyebabkan harga barang-barang naik secara drastis di Mesir selama 12 tahun setelahnya.
Setelah menyelesaikan ibadah hajinya, dia kembali lagi untuk membangun peradabannya sendiri. Kali ini, dia memfokuskan diri pada pembangunan Islam di Afrika. Mansa Musa mulai membangun masjid dan gedung-gedung publik.
Salah satu masjid yang paling terkenal adalah Masjid Agung Djenné. Masjid ini menjadi salah satu keajaiban arsitektur di Afrika, dan salah satu bangunan keagamaan paling unik di dunia.
Masjid ini masih berdiri sampai sekarang, dan menjadi "bangunan lumpur terbesar di dunia," menurut Elisa Dainese kepada Khan Academy dalam artikelnya yang berjudul Great Mosque of Djenné.
Masjid ini dibangun oleh Mansa Musa antara tahun 800 hingga 1250 M. Masjid ini menjadi pusat peradaban lokal ketika Mali dikuasai oleh Prancis pada 1892.
Selama berabad-abad, masjid ini menjadi pusat kehidupan religius dan budaya di Mali, khususnya komunitas Djenné. Di sana juga diselenggarakan festival tahunan yang unik yang disebut Crepissage de la Grand Mosquée (Plasteran Masjid Agung).
Masjid ini selalu dirawat dan dipelihara dengan baik agar tetap memiliki bentuk aslinya. Bentuk arsitektur Djenné yang unik dengan menggunakan lumpur sebagai bahan utama membuatnya sangat rentan terhadap bahaya lingkungan, terutama banjir.
Diketahui bahwa masjid ini pernah runtuh dua kali hingga akhirnya dibangun kembali pada tahun 1907 dengan mengikuti desain aslinya. Pada tahun 1988, Masjid Agung Djenné ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.