Fungsi lainnya adalah sebagai tempat mengawasi keadaan sekitar kerajaan, terutama .arkas Belanda di Benteng Vastenburg yang berada di sebelah utara keraton.
Dari ketinggian menara, tentara keraton bisa melihat pergerakan musuh dan bersiap-siap untuk bertahan atau menyerang.
Selain itu, menara ini juga memiliki fungsi estetika dan simbolik.
Menurut GKR Koes Moertiyah Wandansari atau Gusti Moeng, kerabat Keraton Kasunanan Surakarta, menara ini merupakan ikon Keraton Solo dan Indonesia, karena tidak ada kerajaan lain di Asia Tenggara yang memiliki menara setinggi itu.
Nama Menara Songgobuwono sendiri berasal dari kata 'panggung', 'song', 'go', dan 'buwono'.
'Panggung' berarti panggung atau bangunan tinggi, 'song' berarti sembilan, 'go' berarti satu, dan 'buwono' berarti dunia.
Dengan demikian, bunyi pengertian itu adalah angka tahun 1198 Hijriyah.
Menara Songgobuwono pernah mengalami kebakaran pada tahun 1954 yang menyebabkan atapnya habis terbakar.
Kemudian pada tahun 1959, menara ini diperbaiki kembali dengan mengubah bentuk atapnya menjadi seperti payung yang terbuka.
Hingga kini, menara ini masih berdiri kokoh dan menjadi salah satu destinasi wisata sejarah dan budaya di Solo.
Baca Juga: Ini Yang Menyebabkan Mataram Islam Gagal Meniru Kejayaan Majapahit Menguasai Nusantara
Namun, tidak sembarang orang bisa memasuki menara ini.
Hanya orang-orang tertentu yang diizinkan oleh raja untuk naik ke atas menara.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR