Sering Terlibat Perang Dengan Kerajaan Sunda, Inilah Riwayat Kerajaan Galuh, Runtuh Karena Mataram Islam

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Editor

Candi Cangkuang, menjadi salah satu candi peninggalan Kerajaan Galuh.
Candi Cangkuang, menjadi salah satu candi peninggalan Kerajaan Galuh.

Candi Cangkuang, menjadi salah satu candi peninggalan Kerajaan Galuh. Kerajaan ini runtuh setelah Mataram Islam berkuasa.

Intisari-Online.com -Di tanah Priangan atau Sunda, pernah berdiri dua kerajaan "kembar" yang saling bersaing satu dengan yang lain.

Kerajaan pertama bernama Kerajaan Sunda, yang kedua adalah Kerajaan Galuh.

Secara geografis,Kerajaan Galuh terletak antara Sungai Citarum dan Sungai Cisarayu.

Kerajaan bercorak Hindu itudidirikan oleh Wretikandayun pada 612 masehi.

Dalam riwayatnya,Kerajaan Galuh sering terlibat perang saudara dengan Kerajaan Sunda.

Dua kerajaan ini pun sempat disatukan pada 723-739 M, tetapi pecah kembali.

Kerajaan Galuh mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Wastukancana (1371-1475 M).

Berdirinya Kerajaan Galuh diawali dengan kemunduran Kerajaan Tarumanegara.

Ketika Maharaja Tarusbawa naik takhta menggantikan Raja Linggawarman, Wretikandayun segera memanfaatkan pergantian kekuasaan tersebut untuk memisahkan diri.

Tarusbawa sebagai raja terakhir Tarumanegara mengabulkannya.

Dia kemudian memecah wilayahnya menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh.

Dua kerajaan itu dibatasi oleh Sungai Citarum.

Wretikandayun kemudian mendirikan pusat pemerintahan baru yang jauh dari pengaruh Tarumanegara.

Wretikandayun adalah putra raja Kendan yang lahir pada 591 M dan menjadi pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Galuh pada 612 M, di usia 21 tahun.

Ketika Wretikandayun dinobatkan menjadi raja Kendan pada 612 M untuk menggantikan ayahnya, ia justru mendirikan ibu kota baru di Galuh.

Setelah menjadi raja, ia bergelar Maharaja Suradarma Jayaprakosa.

Pada 669 M, Wretikandayun akhirnya berhasil memerdekakan Kerajaan Galuh dari Tarumanegara yang mengganti namanya menjadi Kerajaan Sunda.

Sehingga tahun itulah dianggap sebagai awal Kerajaan Galuh yang mandiri.

Kerajaan Galuh pernah mengalami masa sulit setelah Perang Bubat dengan Kerajaan Majapahit.

Dalam peristiwa tersebut, Prabu Linggabhuana gugur dan meninggalkan putra mahkota Wastukancana yang usianya masih sembilan tahun.

Situasi sulit itu berhasil diatasi oleh Bunisora, adik Prabu Linggabhuana.

Dialah yang bertanggung jawab atas kelanjutan takhta.

Bunisora juga menjadi wali dan guru untuk Wastukancana.

Ketika usianya menginjak 23 tahun, Wastukancana dinobatkan menjadi raja Kerajaan Sunda Galuh bersatu dengan gelar Mahaprabu Niskala Wastukancana.

Pada masa pemerintahan Wastukancana, Kerajaan Galuh mencapai puncak kejayaannya.

Dalam Carita Parahyangan diceritakan bahwa kehidupan rakyat Galuh sangat tenteram dan sejahtera pada masa pemerintahannya.

Wastukancana adalah raja yang berumur panjang hingga memerintah kerajaan antara 1371-1475 M, atau selama 104 tahun.

Masa pemerintahan Kerajaan Galuh kemudian berakhir pada 1595 datang serangan dari Mataram Islam.

Artikel Terkait