Ia masih harus menghadapi pemberontakan dari saudara dan keponakannya sendiri, yaitu Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Sambernyawa, yang tidak puas dengan kebijakan Pakubuwono II yang tunduk kepada Belanda.
Pemberontakan ini dikenal sebagai Perang Suksesi Jawa III, yang berlangsung dari tahun 1746 hingga 1755.
Pakubuwono II sendiri menderita sakit parah di akhir hayatnya. Ia merasa tidak percaya kepada siapa pun di antara elite Jawa.
Ia hanya menaruh kepercayaan pada van Hogendorff, yang kini menjabat sebagai gubernur pesisir Jawa bagian timur.
Pada tanggal 11 Desember 1749, Pakubuwono II menandatangani sebuah kontrak yang menyerahkan seluruh kerajaan Surakarta kepada VOC tanpa syarat.
Kontrak ini kemudian dijadikan dasar legal oleh Belanda untuk menguasai Surakarta.
Sembilan hari kemudian, Pakubuwono II meninggal dunia pada tanggal 20 Desember 1749.
Ia dimakamkan di Astana Pakubuwanan, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Ia digantikan oleh putra mahkotanya, yang kemudian bergelar Pakubuwono III.
Pakubuwono II adalah raja yang kontroversial dalam sejarah Jawa.
Di satu sisi, ia dikenang sebagai pendiri Keraton Surakarta yang masih berdiri hingga kini.
Ia juga dianggap sebagai raja yang menyerahkan kedaulatan kerajaannya kepada Belanda di ambang kematian.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR