Sosok Thomas Stamford Raffles, Penjajah Inggris yang Jatuh Cinta dengan Budaya Indonesia

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Sosok Thomas Stamford Raffles.
Sosok Thomas Stamford Raffles.

Intisari-online.com -Thomas Stamford Raffles adalah seorang pejabat kolonial Inggris yang berjasa dalam mendirikan Singapura dan merebut Jawa dari tangan Belanda pada masa Perang Napoleon.

Dia juga menulis buku The History of Java (1817) yang menjelaskan kebudayaan dan sejarah pulau Jawa secara rinci.

Dia diberi gelar Sir pada tahun 1816.

Raffles dilahirkan pada tahun 1781 di atas kapal Ann, di lepas pantai Port Morant, Jamaika.

Ayahnya adalah Benjamin Raffles, seorang kapten kapal yang melakukan perdagangan antara Inggris dan Hindia Barat.

Ibu Raffles bernama Anne Lyde. Raffles adalah anak sulung dari lima bersaudara, dan satu-satunya yang laki-laki.

Raffles mulai bekerja sebagai juru tulis di London untuk Perusahaan Hindia Timur Britania pada usia 14 tahun.

Perusahaan ini adalah perusahaan dagang semi-pemerintah yang banyak terlibat dalam penjajahan Inggris di negara-negara lain.

Pada tahun 1805, Raffles dikirim ke Pulau Pangeran Wales (sekarang Penang) di Malaysia, yang merupakan awal hubungannya dengan Asia Tenggara.

Raffles menikah dengan Olivia Mariamne Devenish, seorang janda sepuluh tahun lebih tua darinya, pada tahun 1805.

Mereka memiliki empat anak, tetapi hanya satu yang hidup sampai dewasa, yaitu Charlotte Raffles.

Baca Juga: Sosok Syahrul Yasin Limpo, Dari Bupati Gowa Hingga Menteri Pertanian yang Terjerat Kasus Korupsi

Olivia meninggal pada tahun 1814 karena sakit kuning.

Raffles belajar bahasa Melayu dan Jawa, dan tertarik dengan kebudayaan dan sejarah Indonesia.

Dia juga memiliki minat dalam bidang botani dan zoologi, dan mengumpulkan berbagai spesimen tumbuhan dan hewan dari Asia Tenggara.

Dia juga mendukung perkembangan seni dan pendidikan di wilayah-wilayah yang dikuasainya.

Raffles terlibat dalam penaklukan Jawa dari Belanda pada tahun 1811, bersama dengan Lord Minto, Gubernur Jenderal India Britania, dan Laksamana Robert Stopford.

Raffles menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda selama lima tahun, dan mengadopsi sistem pemerintahan yang lebih liberal daripada Belanda.

Dia juga menghapus sistem tanam paksa dan perbudakan.

Raffles mendirikan Singapura pada tahun 1819, setelah menandatangani perjanjian dengan Sultan Johor dan Temenggong Abdul Rahman untuk mendapatkan hak atas pulau tersebut.

Raffles melihat potensi Singapura sebagai pelabuhan dagang yang strategis di antara Selat Malaka dan Laut Cina Selatan.

Dia juga merancang rencana kota Singapura yang membagi wilayah berdasarkan etnis.

Raffles menikah lagi dengan Sophia Hull, seorang janda sepuluh tahun lebih muda darinya, pada tahun 1817.

Baca Juga: Sukses Curi Perhatian Saat Pertandingan Timnas Indonesia vs Palestina, Siapa Sosok Rafael Struick?

Mereka memiliki empat anak, tetapi hanya satu yang hidup sampai dewasa, yaitu Ella Sophia Raffles.

Sophia juga menulis memoar tentang kehidupan mereka bersama Raffles.

Raffles meninggal pada tahun 1826 di London karena tumor otak, tepat sehari sebelum ulang tahunnya yang ke-45.

Dia dimakamkan di gereja St Mary's di Hendon, London.

Banyak tempat dan institusi yang dinamai menurut namanya, seperti kota Rafflesia di Bengkulu, hotel Raffles di Singapura, bunga bangkai raksasa Rafflesia arnoldii, dan museum nasional Singapura.

Artikel Terkait