Intisari-online.com -Oudheidkundige Dienst (OD) adalah lembaga purbakala pertama yang dibentuk oleh pemerintah kolonial Belanda di Hindia Belanda pada tahun 1913.
Lembaga ini bertanggung jawab untuk menginventarisasi, mengawasi, dan meneliti peninggalan purbakala di seluruh wilayah Hindia Belanda, mulai dari masa prasejarah hingga masa VOC.
Lembaga ini juga berperan dalam merencanakan dan melakukan pemugaran, pengukuran, dan penggambaran terhadap artefak dan bangunan kuno, serta mengumpulkan koleksi etnografi untuk museum-museum di Hindia Belanda dan Belanda.
Latar belakang pembentukan OD dapat ditelusuri sejak abad ke-18, ketika para naturalis, pedagang, dan pejabat kolonial mulai tertarik pada kebudayaan dan sejarah Nusantara.
Salah satu tokoh yang berjasa dalam hal ini adalah Georg Eberhard Rumpf (1627-1702), seorang naturalis Jerman yang dikenal dengan nama Rumphius.
Ia mengumpulkan berbagai benda prasejarah yang ditemukannya di Ambon dan menyimpannya di perpustakaan pribadinya, yang sayangnya musnah terbakar pada tahun 1687.
Pada tahun 1778, didirikanlah Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW), sebuah perkumpulan ilmiah yang bergerak di bidang penelitian arkeologi, etnografi, linguistik, dan sejarah Nusantara.
BGKW juga mendirikan museum pertama di Hindia Belanda pada tahun 1868, yang kemudian menjadi Museum Nasional Indonesia.
Pada tahun 1885, muncul pula Archaeologische Vereeniging (AV), sebuah lembaga swasta yang mendukung kegiatan BGKW dalam bidang arkeologi.
Namun, kedua lembaga ini masih bersifat sukarela dan tidak memiliki kewenangan resmi dari pemerintah kolonial untuk mengurus peninggalan purbakala.
Oleh karena itu, pada tahun 1901, dibentuklah Commissie in Nederlandsch Indie voor Oudheidkundig Onderzoek op Java en Madoera (COJEM), sebuah komisi sementara yang bertugas melakukan penelitian arkeologi di Jawa dan Madura.
Komisi ini dipimpin oleh Jan Laurens Andries Brandes (1857-1905), seorang ahli bahasa Sanskerta dan Jawa Kuno.
Brandes berhasil melakukan beberapa penemuan penting, seperti prasasti Canggal (732 M) yang memuat nama raja Sanjaya dari Wangsa Sanjaya, prasasti Kalasan (778 M) yang memuat nama raja Panangkaran dari Wangsa Syailendra, dan prasasti Mantyasih (907 M) yang memuat nama raja Balitung dari Wangsa Isyana.
Ia juga berhasil membaca prasasti Kedu (824 M) yang memuat nama raja Samaragrawira dari Wangsa Syailendra, yang kemudian dikaitkan dengan pembangunan candi Borobudur.
Sayangnya, Brandes meninggal dunia secara mendadak pada tahun 1905, sehingga COJEM terbengkalai tanpa kepemimpinan.
Baru pada tahun 1910, komisi ini mendapatkan pengganti ketua berupa Nicholaas Johannes Krom (1883-1945), seorang ahli purbakala yang pernah menjadi asisten Brandes.
Krom berusaha membangkitkan kembali lembaga purbakala ini dengan melakukan studi banding ke India, Birma, dan Hindia Belakang, yang saat itu sudah lebih maju dalam bidang arkeologi.
Pembentukan Oudheidkundige Dienst
Setelah melakukan studi banding, Krom merumuskan beberapa usulan untuk meningkatkan kinerja lembaga purbakala di Hindia Belanda. Usulan-usulan tersebut antara lain adalah:
Membentuk lembaga purbakala yang tetap dan resmi, bukan hanya komisi sementara.
Menempatkan lembaga purbakala di bawah Departemen Pendidikan, Ibadah, dan Industri Kerajinan (O&E), bukan Departemen Dalam Negeri, agar lebih mudah mendapatkan anggaran dan dukungan.
Membagi wilayah kerja lembaga purbakala menjadi beberapa daerah, dengan menunjuk seorang kepala daerah yang bertanggung jawab atas peninggalan purbakala di daerahnya.
Baca Juga: Ini Arti dan Beda Endemi dengan Pandemi, Terkait Peristiwa Jokowi Umumkan Status Terbaru Covid-19
Membentuk sebuah majalah ilmiah yang memuat hasil-hasil penelitian arkeologi di Hindia Belanda, yang dapat disebarluaskan ke kalangan ilmiah maupun masyarakat umum.
Membangun hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga arkeologi di negara-negara lain, terutama di Asia.
Usulan-usulan Krom mendapat sambutan positif dari pemerintah kolonial, yang kemudian mengeluarkan Keputusan Pemerintah (Gouvernementsbesluit) dan Lembaran Negara Hindia Belanda (Staatsblad van Nederlandsch-Indië) nomor 62 tahun 1913, yang secara resmi membentuk Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie (OD).
Krom ditunjuk sebagai direktur pertama OD, dengan bantuan seorang sekretaris dan beberapa staf. Kantor pusat OD berada di Batavia, dan berada satu gedung dengan BGKW.
Tugas dan kegiatan Oudheidkundige Dienst
Tugas utama OD adalah menyusun, menginventarisasi, dan mengawasi peninggalan purbakala di seluruh wilayah Hindia Belanda.
Peninggalan purbakala di sini mencakup artefak dan bangunan kuno dari masa prasejarah hingga masa VOC.
OD juga bertugas merencanakan dan melakukan pemugaran, pengukuran, dan penggambaran terhadap peninggalan purbakala tersebut.
Selain itu, OD juga melakukan penelitian arkeologi untuk mengetahui asal-usul, sejarah, dan makna dari peninggalan purbakala tersebut.