Masjid ini merupakan masjid terbesar di Jawa pada masa itu dan memiliki arsitektur yang unik.
Masjid ini tidak memiliki kubah atau menara seperti masjid-masjid lainnya, melainkan berbentuk joglo dengan atap limasan yang melambangkan gunung Meru.
Masjid ini juga memiliki gapura candi bentar yang mengingatkan pada gaya Hindu-Buddha.
Menciptakan Wayang Kulit Purwa
Sultan Agung juga menciptakan wayang kulit purwa, yaitu jenis wayang kulit yang mengambil cerita dari epos Mahabharata dan Ramayana.
Wayang kulit purwa merupakan salah satu bentuk seni pertunjukan tertua di Indonesia yang masih dilestarikan hingga kini.
Sultan Agung mengadaptasi cerita-cerita India tersebut dengan memberikan sentuhan lokal, seperti nama-nama tokoh, tempat, dan bahasa.
Ia juga menambahkan unsur-unsur Islam dalam wayang kulit purwa, seperti penggunaan lafal Allah dan Muhammad dalam lakon-lakon tertentu.
Mengembangkan Sastra Jawa
Sultan Agung juga mengembangkan sastra Jawa dengan menciptakan karya-karya sastra yang bernilai tinggi.
Salah satu karya sastra yang disusun oleh Sultan Agung adalah Sastra Gending, sebuah karya sastra peninggalan Kesultanan Mataram.
Baca Juga: Kekuasaan Mataram Islam Surut di Masa Amangkurat I karena Kezalimannya?
Selain itu, beliau juga menyusun kitab undang-undang yang berisi perpaduan antara adat istiadat Jawa dan hukum Islam yang berjudul Surya Alam.
Beliau juga menciptakan kalender Jawa yang menggunakan perhitungan Islam atau tahun Hijriah.
Dari beberapa hal di atas, dapat dilihat bahwa Sultan Agung disebut sebagai budayawan karena berhasil menciptakan dan melestarikan berbagai karya seni dan sastra yang menjadi ciri khas budaya Jawa.
Baca Juga: Inilah Peristiwa yang Menandai Berdirinya Kerajaan Mataram Islam
KOMENTAR