Namun, pasukan-pasukan Israel berhasil menembus pertahanan Suriah dan merebut sebagian besar Dataran Tinggi Golan pada tanggal 9-10 Juni 1967.
Perang Enam Hari berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 10 Juni 1967.
Hasilnya, Israel berhasil menguasai wilayah-wilayah baru yang luas, yaitu Semenanjung Sinai dan Jalur Gaza dari Mesir, Wilayah Tepi Barat (termasuk Yerusalem Timur) dari Yordania, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah.
Perang ini secara signifikan mengubah peta politik Timur Tengah dan menimbulkan dampak-dampak jangka panjang bagi konflik Arab-Israel.
Dengan menguasai wilayah-wilayah baru yang luas, Israel meningkatkan kekuatan dan keamanannya, tetapi juga menghadapi tantangan-tantangan baru.
Salah satu tantangan terbesar adalah nasib rakyat Palestina yang tinggal di wilayah-wilayah yang diduduki oleh Israel.
Perpindahan penduduk akibat Perang Enam Hari telah menimbulkan konsekuensi-konsekuensi jangka panjang, karena 300.000 warga Palestina terpaksa mengungsi dari daerah Tepi Barat, dan sekitar 100.000 warga Suriah terpaksa mengungsi dari daerah Dataran Tinggi Golan.
Di seluruh negara Arab, masyarakat minoritas Yahudi terpaksa mengungsi atau diusir akibat diskriminasi dan kekerasan.
Banyak dari mereka yang berimigrasi ke Israel atau negara-negara Barat.
Perang Enam Hari juga memicu perubahan-perubahan politik di negara-negara Arab yang kalah perang.
Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser mengundurkan diri pada tanggal 9 Juni 1967, tetapi kemudian kembali menjabat setelah mendapat dukungan rakyat.
Baca Juga: Memperingati Peristiwa Hari Raya Waisak 2023, Sejak Kapan Agama Buddha Menyebar di Indonesia?
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR