Esok harinya, Belanda mendapati Mataram telah meninggalkan Batavia dan 744 mayat anak buahnya yang tanpa kepala.
2) Serangan kedua
Setelah kegagalan serangan pertama, Sultan Agung menyadari bahwa rintangan utamanya terletak pada logistik dan jarak yang sangat jauh (300 mil).
Untuk itu, ia memutuskan mendirikan banyak desa pertanian padi yang dikelola oleh petani Jawa di pantai utara Jawa Barat, dari Cirebon hingga Karawang.
Serangan kedua terdiri dari dua kekuatan, yaitu tentara Sunda Dipati Ukur, Bupati Priangan, serta tentra utama Jawa, dipimpin Adipati Juminah. Total pasukannya adalah sekitar 20.000 orang.
Mereka mengepung Batavia dengan mencemari Sungai Ciliwung, sehingga menyebabkan wabah kolera tersebar di Batavia. Akibatnya, pemimpin VOC, Jan Pieterszoon Coen tiba-tiba meninggal pada 21 September 1629.
Namun, karena mengalami masalah internal di antara komandan mereka, adanya penyakit, dan kekurangan pasokan, pasukan Mataram terpaksa mundur.
Penyebab mundurnya perlawanan Mataram Islam terhadap Belanda di Batavia
Perlawanan Mataram Islam terhadap Belanda di Batavia pada tahun 1628 dan 1629 mengalami kegagalan karena beberapa faktor.
Serangan pertama Mataram ke Batavia pada tanggal 29 Agustus 1628 berhasil dihalau oleh 120 pasukan VOC.
Kegagalan tersebut disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kalah persenjataan, stamina pasukan terkuras, dan kekurangan bahan makanan.
Sementara serangan kedua Sultan Agung ke Batavia pada tahun 1629 juga mengalami kegagalan karena adanya masalah internal di antara komandan mereka, adanya penyakit, dan kekurangan pasokan.
Baca Juga: Kehidupan Politik Kerajaan Mataram Islam Sejak Berdiri Hingga Runtuh
KOMENTAR