Intisari-online.com - Jaka Tingkir dan Panembahan Senopati adalah dua tokoh penting dalam sejarah Mataram Islam.
Mereka berdua memiliki hubungan yang erat sebagai sahabat sekaligus keluarga.
Jaka Tingkir adalah pendiri Kerajaan Pajang yang menggantikan Kerajaan Demak setelah berhasil menumpas pemberontakan Arya Penangsang.
Panembahan Senopati adalah putra dari Ki Ageng Pemanahan, salah satu orang kepercayaan Jaka Tingkir, yang kemudian diangkat sebagai anak angkat oleh Jaka Tingkir sendiri.
Jaka Tingkir dan Panembahan Senopati sama-sama berjuang untuk mempertahankan kejayaan Islam di tanah Jawa.
Mereka berdua juga memiliki kecintaan terhadap ilmu gaib dan mistik.
Menurut beberapa sumber, Jaka Tingkir dan Panembahan Senopati pernah bertemu dengan Kanjeng Ratu Kidul, penguasa laut selatan, yang memberikan mereka berkah dan perlindungan.
Namun, persahabatan mereka tidak selamanya mulus.
Ketika Kerajaan Pajang mengalami kemunduran akibat konflik internal dan serangan dari luar.
Panembahan Senopati memanfaatkan kesempatan untuk memerdekakan diri dari Pajang dan mendirikan Kerajaan Mataram Islam pada tahun 1586.
Ia memilih Kota Gede sebagai ibu kota kerajaannya dan mulai melakukan ekspansi ke berbagai wilayah di Jawa.
Hal ini menimbulkan ketegangan antara Jaka Tingkir dan Panembahan Senopati.
Mereka berdua sempat terlibat perang beberapa kali, namun tidak ada yang berhasil mengalahkan yang lain.
Akhirnya, mereka memutuskan untuk berdamai dan mengakui kemerdekaan masing-masing.
Jaka Tingkir berpesan kepada anak-anaknya untuk tidak menaruh dendam kepada Panembahan Senopati.
Sebab Panembahan Senopati merupakan anak angkat dari Jaka Tingkir.
Tak lama kemudian, Jaka Tingkir wafat dan dimakamkan di Desa Butuh, Sragen, Jawa Tengah.
Panembahan Senopati meneruskan pembangunan Mataram Islam hingga menjadi kerajaan terbesar di Jawa pada masa cucunya, Sultan Agung.
Meskipun mereka berpisah jalan, Jaka Tingkir dan Panembahan Senopati tetap dihormati sebagai dua tokoh pendiri Mataram Islam yang memiliki kisah persahabatan yang luar biasa.
Kemudian Mataram Islam pun berkembang menjadi salah satu kerajaan Islam terbesar di Jawa.
Adapun beberapa peningalannya antara lain sebagai berikut.
Keraton Yogyakarta adalah istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang didirikan oleh Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755 sebagai hasil dari Perjanjian Giyanti yang memecah Kerajaan Mataram Islam.
Baca Juga: Penyebab Kegagalan Mataram Islam Ketika Menyerang VOC di Batavia
Keraton Yogyakarta terletak di Kota Yogyakarta dan merupakan pusat budaya Jawa.
Di dalam keraton terdapat museum yang menampilkan berbagai artefak kerajaan.
Keraton ini juga dilindungi oleh Prajurit Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Keraton Yogyakarta memiliki tata ruang dan arsitektur yang khas dengan pengaruh Jawa, Islam, dan Eropa.
Di sekitar keraton terdapat beberapa bangunan penting.
Seperti alun-alun utara, alun-alun selatan, Masjid Gedhe Kauman, Benteng Vredeburg, Tugu Golong Gilig, Panggung Krapyak, Kepatihan, Pathok Negoro, dan Bering Harjo.