Ia menjajakan pil-pil semacam kina dan lain-lain ke toko-toko.
Pada masa ini, ia juga bergabung dan digembleng dalam Kaibotai, semacam hansip Jepang, yang pendidikannya sudah sangat militer.
Dari Surabaya, ia kembali ke Sragen dan bergabung dengan BPTH (Barisan Pemberontak Tionghoa).
Barisan ini senantiasa kompak dengan BPRI (Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia).
Pada tahun-tahun krisis itu, 1945, ia bertemu dengan jodohnya.
Bermodalkan cinta, ia menikahi Ong Ros Hwa, kelak berganti nama menjadi Rosita, perempuan Sragen kelahiran Yogyakarta.
Dari Sragen, dia bersama keluarganya lantas berpindah ke Kudus.
Ada satu peristiwa besar yang membuat Kho Ping Hoo bertekad menjadi seorang pekerja keras.
Peristiwa itu terjadi pada tahun 1945.
Ketika itu ia bekerja di Kudus, sebagai mandor tembakau pada sebuah perusahaan rokok.
Ia dipekerjakan di sebuah desa kecil di daerah Kudus.
Setiap hari Minggu, ia baru bisa berkumpul bersama orang tua dan keluarganya yang bermukim di pusat kota Kudus.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR