SENYUM DINGIN SANG MENTOR
Habibie merasa diabaikan oleh Soeharto di hari terakhir jabatannya sebagai presiden.
Mereka berdua ada di Ruang Jepara, Istana Negara, tetapi Soeharto tidak mengajaknya bicara. “Saya merasa diperlakukan tidak seperti biasanya,” kata Habibie.
Saat Habibie ingin mendekati Soeharto, acara sudah mau dimulai. Habibie hanya bisa berdiri di samping Soeharto. Kemudian, Soeharto membacakan pernyataan yang mengakhiri Orde Baru: pengunduran dirinya sebagai Presiden RI.
“Wajah Soeharto terlihat dingin saat menyampaikan pernyataan pengunduran dirinya,” tulis Tjipta Lesmana dalam Dari Soekarno Sampai SBY (2009: 123).
Soeharto seolah merasa dipermalukan di depan seluruh rakyat Indonesia dan dunia. Peristiwa ini ditayangkan berulang kali di televisi.
Namun, dia tetap berusaha tegar di hari yang menyedihkan itu. Setelah Soeharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI, protokol istana memberikan map kepada Habibie dan memintanya membacakan sumpah dan kewajibannya sebagai Presiden RI.
“Semuanya berjalan cepat dan lancar. Pak Harto menyapa semua yang hadir termasuk saya. Tanpa senyum maupun kata-kata, ia [kemudian] meninggalkan ruang upacara,” ujar Habibie.
Pada hari itu, tidak ada ucapan selamat dari Soeharto untuk Habibie.
“Saat menyalami tangan Habibie setelah Habibie mengucapkan sumpahnya di depan Ketua Mahkamah Agung, ia (Soeharto) mencoba tersenyum, tetapi senyumnya terlihat tidak tulus karena ekspresi wajahnya tidak mendukung senyumnya," tulis Tjipta Lesmana.
Artikel ini dibuat dengan bantuan AI
Baca Juga: Tiga Orang Ini Membuat Soeharto Sakit Hati Sampai Dibawa Mati
Penulis | : | Yoyok Prima Maulana |
Editor | : | Yoyok Prima Maulana |
KOMENTAR