Ibunya sangat senang mendengar kabar Ono dan memintanya untuk pulang ke Jepang bersama keluarganya.
Namun, Ono menolak karena ia sudah merasa menjadi bagian dari Indonesia.
Ia juga tidak mau meninggalkan Darkasih dan anak-anaknya yang sudah mencintainya sebagai suami dan ayah.
Dia bersedia mengganti nama anak pertamanya dari Tutik menjadi Atsuko untuk menghormati permintaan ibunya.
Ono pun memilih untuk menjadi warga negara Indonesia pada tahun yang sama.
Kemudian mendapatkan gelar Haji setelah menunaikan ibadah haji ke Mekkah bersama Darkasih.
Ia hidup sederhana dan bahagia bersama keluarganya di Kota Batu.
Lalu, juga sering mendapat kunjungan dari mantan rekan-rekannya di PGI dan TNI yang menghormatinya sebagai pahlawan.
Sayangnya, pada tahun 1982, Darkasih meninggal dunia karena kanker.
Ono sangat bersedih dan merasa kehilangan separuh jiwanya.
Ia mencoba untuk tetap kuat demi anak-anak dan cucu-cucunya yang masih membutuhkan kasih sayangnya.
Baca Juga: Pembantaian Tentara Jepang di Pulau Ramree, Serangan Buaya Paling Mematikan dalam Sejarah
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR