Intisari-online.com - Tanaka Mitsuyuki adalah salah satu dari sekian banyak tentara Jepang yang pernah bertugas di Indonesia pada masa Perang Dunia II.
Namun, ia berbeda dengan kebanyakan tentara Jepang lainnya yang kembali ke negara asalnya setelah Jepang menyerah kepada Sekutu pada tahun 1945.
Tanaka justru memilih untuk tetap tinggal di Indonesia.
Bahkan bergabung dengan pejuang kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda.
Tanaka lahir pada 10 Oktober 1921 di desa Kiyomimachi, Kota Takayama, Provinsi Gifu, Jepang.
Ia menikah dengan Tomiko Yano pada usia 18 tahun, sebelum ia mengikuti wajib militer.
Setelah mengikuti pendidikan militer di Jepang, Tanaka pertama kali dikirim ke Manchuria, Tiongkok pada tahun 1939 untuk dilatih di sana.
Kemudian, ia ditugaskan ke berbagai wilayah di Asia, seperti Taiwan, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Pada tahun 1940, Tanaka ditugaskan ke Hindia Belanda (Indonesia), mulai dari Tarakan, Kalimantan hingga Surabaya.
Ia memiliki pangkat buco (setingkat sersan) dan menjadi pelatih Jibatukai.
Yaitu jabatan pasukan bantuan yang terdiri dari orang-orang dari berbagai profesi, seperti guru dan tukang.
Selama berada di Indonesia, Tanaka mengalami masa-masa sulit karena harus berperang melawan Sekutu.
Saat peristiwa bom Nagasaki dan Hiroshima pada tahun 1945 membuat Jepang mengalami kekalahan.
Banyak tentara Jepang yang menyerahkan diri kepada Sekutu, menjadi tawanan perang, atau melakukan bunuh diri (harakiri).
Namun, Tanaka memiliki prinsip lain.
Ia merasa tidak rela untuk mati atau menyerah begitu saja.
Ia juga merasa simpati terhadap rakyat Indonesia yang belum merdeka dari penjajahan Belanda.
Oleh karena itu, Tanaka memutuskan untuk keluar dari dinas tentara Jepang dan bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Badan ini merupakan cikal bakal Tentara Nasional Indonesia (TNI), pada 30 Desember 1945.
Ia juga mengganti namanya menjadi Sutoro untuk menyembunyikan identitasnya sebagai orang Jepang.
Sebagai anggota BKR, Sutoro ikut berjuang melawan pasukan Belanda.
Pada saat itu datang bersama Sekutu untuk menguasai kembali Indonesia.
JepaBaca Juga: Kisah Pemberontakan Sabilillah, Perlawanan Rakyat Mataram Islam terhadap Penjajahan Jepang
Ia terlibat dalam berbagai pertempuran di wilayah Magelang dan sekitarnya.
Ia juga membantu melatih para pejuang Indonesia dalam hal militer dan strategi perang.