Ratu Kulon mendampingi Sultan Agung dalam berbagai peristiwa penting, seperti penyerangan terhadap Batavia pada tahun 1628 dan 1629.
Namun, nasib Ratu Kulon tidak berlangsung lama. Ia meninggal dunia pada tahun 1645, tidak lama setelah kematian Sultan Agung.
Ia dimakamkan di Imogiri bersama dengan suaminya.
Putranya, Pangeran Alit, juga tidak berhasil menjadi raja Mataram karena ditentang oleh para pejabat kerajaan yang lebih memihak kepada adiknya, Raden Mas Sayyidin.
Ratu Wetan adalah putri dari Adipati Batang, yaitu Raden Tumenggung Martoloyo atau Pangeran Martapura II.
Ia juga merupakan cucu dari Ki Juru Martani, salah satu pendiri Kesultanan Mataram.
Kemudian dinikahi oleh Sultan Agung pada tahun 1619 sebagai bagian dari upaya untuk mengamankan wilayah pesisir utara Jawa.
Ratu Wetan melahirkan seorang putra bernama Raden Mas Sayyidin pada tahun 1623.
Raden Mas Sayyidin adalah putra bungsu dari Sultan Agung yang kemudian menjadi raja Mataram keempat dengan gelar Amangkurat I.
Ratu Wetan mendukung putranya untuk menjadi pewaris tahta dengan bantuan dari Tumenggung Wiraguna, pejabat tinggi kerajaan yang merupakan saudara sepupunya.
Nasib Ratu Wetan berbeda dengan Ratu Kulon.
Baca Juga: Kisah Kyai Surti dan Dewi Suryawati, Pembawa Harta Karun Mataram Islam dari Pantai Karang Bolong
Ia masih hidup hingga tahun 1677 dan menyaksikan putranya menjadi raja Mataram yang menghadapi pemberontakan Trunojoyo dan pemberontakan Pangeran Puger.
Juga menyaksikan cucunya, Amangkurat II, naik tahta setelah kematian putranya.
Ia dimakamkan di Tegalrejo bersama dengan putra dan cucunya.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR