Buktikan Tak Terlibat Pemberontakan, Pangeran Puger Mati-matian Pertahankan Keraton Mataram Islam Dari Serangan Trunojoyo

Moh. Habib Asyhad
Moh. Habib Asyhad

Penulis

Pangeran Puger ingin membuktikan bahwa dia tak terlibat dalam pemberontakan Trunojoyo, dia mempertahankan keraton Mataram Islam di Plered dengan gagah perkasa.
Pangeran Puger ingin membuktikan bahwa dia tak terlibat dalam pemberontakan Trunojoyo, dia mempertahankan keraton Mataram Islam di Plered dengan gagah perkasa.

Pangeran Puger ingin membuktikan bahwa dia tak terlibat dalam pemberontakan Trunojoyo, dia mempertahankan keraton Mataram Islam di Plered dengan gagah perkasa.

Intisari-Online.com -Pada 1677, Mataram Islam mengalami pemberontakan besar-besaran yang dipimpin oleh Trunojoyo.

Dia adalah seorang bangsawan Madura yang didukung oleh pasukan Makassar.

Pemberontakan ini berhasil merebut ibu kota Mataram yang saat itu berada di Keraton Plered.

Raja Amangkurat I terpaksa melarikan diri ke arah barat dan meninggal dalam pelarian.

Dia digantikan oleh putranya, Amangkurat II, yang meminta bantuan kepada VOC dan Bupati Ponorogo untuk menghadapi pemberontak.

Namun, tidak semua anggota keluarga kerajaan ikut mengungsi bersama Amangkurat I.

Salah satunya adalah Pangeran Puger, adik tiri Amangkurat II yang lahir dari Ratu Wetan, permaisuri kedua Amangkurat I.

Pangeran Puger adalah putra mahkota sebelum gelar itu dicabut oleh ayahnya karena keterlibatan keluarga Kajoran, tempat asal Ratu Wetan, dalam pemberontakan Trunajaya.

Pangeran Puger memilih untuk tetap berada di Keraton Plered dan mempertahankannya dari serangan pemberontak.

Dia melaksanakan tugas ini sebagai bukti bahwa ia tidak terlibat dalam pemberontakan dan masih setia kepada ayahnya.

Pangeran Puger juga ingin menunjukkan bahwa tidak semua keturunan Kajoran mendukung Trunajaya.

Pangeran Puger berhasil mempertahankan Keraton Plered selama beberapa bulan.

Meskipun pasukanTrunojoyo akhirnya berhasil menguasai hampir seluruh pantai utara Jawa.

SetelahTrunojoyo dan pasukannya kembali ke markasnya di Kediri, Pangeran Puger mengankat dirinya sebagai penguasa haru di Keraton Plered.

Dia menggunakan gelar Sunan Ngalaga.

Dia juga tidak mengakui kekuasaan kakak tirinya,Amangkurat II sebagai raja baru Mataram dan mengklaim dirinya sebagai raja sah.

Hal ini menimbulkan konflik antara kedua bersaudara tersebut.

Pada tahun 1680, pasukan VOC dan Mataram berhasil mengalahkanTrunojoyo.

Amangkurat II kemudian memindahkan ibu kota Mataram Islam ke Kartasura.

Dia juga meminta Sunan Ngalaga untuk mengakui kekuasannya tapi permintaan itu ditolak.

Perang saudara pun terjadi.

Setahun kemudian, Sunan Ngalaga akhirnya menyerah dan mau mengakui Amangkurat II sebagai penguasa baru Mataram Islam.

Hubungan Pangeran Puger dan Mataram kembali memburuk saat Amangkurat III berkuasa.

Terlebih ketika putra Pangeran Puger, Raden Suryakusuma, memberontak.

Pada Mei 1704, Amangkurat III mengirim pasukan menumpas keluarga Pangeran Puger.

Ternyata Amangkurat III salah mengirim utusan, karena yang memimpin pasukan itu adalah Jangrana II, bupati dari Surabaya.

Jangrana II diam-diam mendukung Pangeran Puger sehingga pengejarannya tidak lebih dari sebuah drama.

Pada 1704, dengan dukungan dari VOC, Pangeran Puger diangkat sebagai penguasa baru Mataram Islam bergerala Pakubuwono I.

Setahun kemudian, dengan dukungan dari pasukan Belanda, Semarang, Madura, Surabaya, dia menyerbu Keraton Kartasuradan.

Amangkurat III sendiri akhirnya mengungsi ke timur dan berhasil ditangkap di Surabaya dan diasingkan ke Sri Langka hingga meninggal dunia.

Artikel Terkait