Kepala kerbau dipilih karena dianggap sebagai hewan yang kuat dan berharga. Hasil bumi meliputi beras, jagung, buah-buahan, sayur-sayuran, dan lain-lain.
Hias perahu adalah ritual menghias perahu-perahu nelayan dengan berbagai macam hiasan seperti bendera, spanduk, balon, umbul-umbul, dan lain-lain.
Perahu-perahu nelayan ini kemudian berlayar mengelilingi Teluk Jepara sambil membunyikan terompet dan bedug.
Perahu-perahu nelayan ini juga saling melempar lepet dan ketupat sebagai simbol persaudaraan.
Tradisi Lomban telah menjadi salah satu warisan budaya Jepara yang patut dilestarikan dan dikembangkan.
Tradisi ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata budaya yang unik dan menarik bagi para wisatawan.
Tradisi ini juga menunjukkan semangat dan kekuatan masyarakat Jepara dalam menghadapi segala tantangan dan rintangan yang ada.
Selain Jepara, tradisi lomban juga ada di beberapa daerah lain di Indonesia, seperti Demak, Pati, Rembang, dan Tuban.
Namun, tradisi lomban di daerah-daerah ini biasanya tidak sebesar dan seheboh di Jepara. Tradisi lomban juga memiliki variasi dan ciri khas tersendiri di setiap daerah.
Misalnya, di Demak, tradisi lomban disebut dengan Sedekah Laut. Tradisi ini dilakukan pada hari ke-7 setelah Idul Fitri atau Lebaran Ketupat.
Para nelayan di Demak biasanya melarungkan kepala kerbau dan hasil bumi ke laut sebagai sesaji kepada Tuhan.
Baca Juga: Inilah Kebo-Keboan, Tradisi Unik Masyarakat Banyuwangi yang Berubah Menjadi Kerbau
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR