Akibatnya, Amangkurat I harus menghadapi perlawanan dari dalam dan luar kerajaan.
Ia kehilangan sebagian besar wilayahnya di Jawa Timur dan Madura yang dikuasai oleh Trunojoyo.
Bahkan sampai harus melarikan diri dari ibu kotanya di Plered yang diserang oleh Puger.
Ia meninggal dalam pelarian pada 1677 dan digantikan oleh putranya, Amangkurat II.
Amangkurat II mewarisi kerajaan yang hampir runtuh. Ia tidak memiliki pasukan dan sumber daya yang cukup untuk menghadapi musuh-musuhnya.
Oleh karena itu, ia meminta bantuan dari VOC untuk mengembalikan kekuasaannya.
VOC bersedia membantu dengan syarat Amangkurat II harus menyerahkan beberapa wilayah dan pelabuhan penting kepada VOC, seperti Semarang, Jepara, Rembang, Tuban, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, dan Madura.
Dengan bantuan VOC, Amangkurat II berhasil mengalahkan Trunojoyo pada 1679 dan Puger pada 1681.
Namun, ia juga harus membayar harga yang mahal atas bantuan tersebut.
Ia kehilangan kedaulatan dan kemerdekaannya sebagai raja Mataram.
Membuatnya harus tunduk kepada kepentingan VOC dan menyerahkan sebagian besar wilayah pantai utara Jawa kepada Belanda.
Baca Juga: Daftar Lengkap Raja-raja Mataram Islam Termasuk dengan Tahunnya
Selain itu juga harus menanggung beban hutang kepada VOC yang sangat besar.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa intervensi VOC terhadap Mataram pada masa pemerintahan Amangkurat I berdampak negatif bagi kerajaan tersebut.
Intervensi tersebut menyebabkan Mataram kehilangan kekuasaan dan wilayahnya secara signifikan.
Intervensi tersebut juga menyebabkan Mataram menjadi tidak stabil dan rentan terhadap pemberontakan.
Kemudian juga menyebabkan Mataram menjadi tergantung dan terjajah oleh VOC.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR