Intisari-online.com - Semasa diperintah oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Mataram Islam dikenal sebagai musuh Belanda.
Hal itu terbukti dari catatan sejarah bahwa Sultan Agung pernah beberapa kali melancarkan serangan kepada VOC.
Kerajaan Mataram Islam pun mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613-1646), yang dikenal sebagai raja yang gigih melawan VOC.
Namun, setelah kematiannya, kerajaan ini mengalami kemunduran akibat intervensi VOC yang dimulai pada masa pemerintahan putranya, Amangkurat I (1646-1677).
Amangkurat I memiliki sifat yang sangat berbeda dari ayahnya. Ia dikenal sebagai raja yang kejam, otoriter, dan mau bersekutu dengan VOC.
Sejak awal pemerintahannya, ia melakukan perjanjian dengan VOC yang menguntungkan pihak Belanda dan merugikan Mataram.
Ia mengizinkan VOC untuk membuka pos-pos perdagangan di wilayah Mataram dan membebaskan tawanan Belanda.
Ia juga mengakui kekuasaan VOC dan mengizinkannya untuk ikut campur urusan politik kerajaan.
Intervensi VOC terhadap Mataram tidak hanya berdampak pada hubungan dagang, tetapi juga pada kekuasaan dan wilayah kerajaan.
VOC memanfaatkan situasi internal Mataram yang tidak stabil akibat pemberontakan dan perselisihan antara keluarga kerajaan untuk memperluas pengaruhnya.
VOC mendukung pihak-pihak yang berseteru dengan Amangkurat I, seperti Pangeran Trunojoyo dan Pangeran Puger, dengan memberikan bantuan senjata dan pasukan.
Baca Juga: Ketika 2 Sosok Pangeran Mataram Islam Paling Berani Memberontak Rajanya Sendiri, Begini Akhirnya
Akibatnya, Amangkurat I harus menghadapi perlawanan dari dalam dan luar kerajaan.
Ia kehilangan sebagian besar wilayahnya di Jawa Timur dan Madura yang dikuasai oleh Trunojoyo.
Bahkan sampai harus melarikan diri dari ibu kotanya di Plered yang diserang oleh Puger.
Ia meninggal dalam pelarian pada 1677 dan digantikan oleh putranya, Amangkurat II.
Amangkurat II mewarisi kerajaan yang hampir runtuh. Ia tidak memiliki pasukan dan sumber daya yang cukup untuk menghadapi musuh-musuhnya.
Oleh karena itu, ia meminta bantuan dari VOC untuk mengembalikan kekuasaannya.
VOC bersedia membantu dengan syarat Amangkurat II harus menyerahkan beberapa wilayah dan pelabuhan penting kepada VOC, seperti Semarang, Jepara, Rembang, Tuban, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, dan Madura.
Dengan bantuan VOC, Amangkurat II berhasil mengalahkan Trunojoyo pada 1679 dan Puger pada 1681.
Namun, ia juga harus membayar harga yang mahal atas bantuan tersebut.
Ia kehilangan kedaulatan dan kemerdekaannya sebagai raja Mataram.
Membuatnya harus tunduk kepada kepentingan VOC dan menyerahkan sebagian besar wilayah pantai utara Jawa kepada Belanda.
Baca Juga: Daftar Lengkap Raja-raja Mataram Islam Termasuk dengan Tahunnya
Selain itu juga harus menanggung beban hutang kepada VOC yang sangat besar.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa intervensi VOC terhadap Mataram pada masa pemerintahan Amangkurat I berdampak negatif bagi kerajaan tersebut.
Intervensi tersebut menyebabkan Mataram kehilangan kekuasaan dan wilayahnya secara signifikan.
Intervensi tersebut juga menyebabkan Mataram menjadi tidak stabil dan rentan terhadap pemberontakan.
Kemudian juga menyebabkan Mataram menjadi tergantung dan terjajah oleh VOC.