Sunan Kalijaga juga memberikan nama-nama baru untuk tradisi ini, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat.
Bakda Lebaran berarti setelah Lebaran, yang merupakan tradisi silaturahmi dan bermaaf-maafan setelah salat Idul Fitri.
Bakda Kupat berarti setelah Kupat (Ketupat), yang merupakan perayaan sepekan setelah Idul Fitri dan enam hari berpuasa Syawal.
Dengan demikian, Sunan Kalijaga berhasil mengubah tradisi sesajen yang bersifat animisme menjadi tradisi syukuran yang bersifat Islami.
Makna Filosofis Tradisi Hari Raya Ketupat
Selain memiliki sejarah yang menarik, tradisi hari raya ketupat juga memiliki makna filosofis yang mendalam khususnya bagi masyarakat Jawa.
Berikut adalah beberapa makna filosofis dari tradisi ini:
1. Ketupat berbentuk persegi empat yang melambangkan Kiblat Papat Limo Pancer atau arah kiblat, segala sesuatu yang berjumlah empat (seperti arah mata angin dan elemen alam), dan lima pilar Islam.
Semua itu akan kembali kepada Allah SWT sebagai sumber segala sesuatu.
Ketupat berbahan beras yang melambangkan rizki atau rezeki yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia.
Dengan memasak dan membagi-bagikan ketupat kepada orang lain, manusia menunjukkan rasa syukur dan kedermawanan kepada Allah SWT.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR