Intisari-Online.com -Perayaan hari raya Idul Fitri pada 2023 ini diprediksi akan dirayakan dalam waktu yang berbeda oleh masyarakat Indonesia.
Sebagian sudah memastikan bahwa hari raya Idul Fitri jatuh pada Jumat (21 April 2023), sementara sebagian lain memprediksi akan lebaran pada Sabtu (22 April 2023).
Beberapa tahun silam, perbedaan hari raya juga sempat terjadi di mana sosok Buya Hamka pernah ditanyakan langsung pendapatnya tentang kondisi tersebut.
Lalu apa jawaban Buya Hamka terkait perbedaan waktu hari raya umat Islam tersebut?
Berikut ini kisahnya.
Perbedaan cara hitung
Menurut Kementerian Agama, sidang isbat Idul Fitri 1444 Hijriah akan digelar pada tanggal 20 April 20231.
Ada potensi perbedaan waktu, namun penentuannya berdasarkan hasil sidang isbat tersebut.
Sementara itu, sebagian ahli astronomi berpendapat bahwa Idul Fitri akan jatuh pada hari Jumat (21/4), sebagian lagi mengatakan bahwa Idul Fitri jatuh pada hari Sabtu (22/4).
Perbedaan waktu Idul Fitri di Indonesia terjadi karena adanya perbedaan metode hisab atau perhitungan kalender Hijriyah yang digunakan oleh masing-masing organisasi Islam di Indonesia.
Baca Juga: Sudah Kantongi THR? Jangan Lupa Berterima Kasih pada Sosok Soekiman Wirjosandjojo Ya!
Organisasi Islam seperti Muhammadiyah dan Pemerintah Indonesia menggunakan metode hisab rukyat atau hisab imkanurrukyah untuk menentukan awal bulan Hijriyah.
Sementara itu, organisasi Islam seperti Nahdlatul Ulama menggunakan metode hisab hisab falakiyah atau hisab hisab astronomi.
Hisab rukyat sendiri merupakan metode penentuan awal bulan dengan cara melihat hilal secara langsung dengan mata telanjang atau alat bantu seperti teleskop dan kemudian dilakukan penghitungan matematis untuk menentukan posisi hilal.
Sedangkan hisab falakiyah adalah metode penentuan awal bulan dengan cara menghitung secara matematis posisi hilal berdasarkan pergerakan benda langit seperti matahari dan bulan.
Terkait perbedaan tersebut, Kementerian Agama melalui Surat Edaran (SE) No 05 tahun 2023 terkait penyelenggaraan Hari Raya Idul Fitri 1444 H mengimbau umat Muslim di Indonesia untuk tetap menjaga ukhuwah dan toleransi terkait perbedaan waktu Lebaran tahun ini.
Buya Hamka
Pada tahun 1975, Buya Hamka pernah ditanya soal perbedaan waktu Idul Adha di Indonesia dengan negara Arab Saudi.
Kala itu, Departemen Agama memutuskan Hari Raya Idul Adha 1395 H jatuh pada Sabtu 13 Desember 1975.
Namun, tiba-tiba Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta menyiarkan bahwa Idul Adha jatuh pada hari Jumat.
Perbedaan waktu Idul Adha di Indonesia dengan negara Arab Saudi pada tahun 1975 mengakibatkan terjadi dua kubu di masyarakat.
Ada golongan yang menganjurkan agar Sholat Idul Adha dilaksanakan pada Sabtu 13 Desember 1975 dan ada juga yang menganjurkan agar Sholat Idul Adha dilaksanakan pada Jumat 12 Desember 1975.
Dalam buku1001 Soal Kehidupan yang ditulis oleh dirinya sendiri, Buya Hamka menggambarkan tentang beberapa wilayah yang dikuasai oleh penjajah, raja, atau pun sultan.
Menurut Buya Hamka, tidak ada salahnya untuk mengikuti aturan atau kebijakan yang ditentukan oleh para penguasa atau pemimpin tersebut.
Namun, di luar hal tersebut, Buya Hamka juga menekankan bahwa memilih untuk mengikuti hari raya sesuai dengan kalender yang dipercaya atau dipegang juga merupakan hal yang bisa menjadi pilihan.
Baca Juga: Buya Hamka: Sang Legenda yang Membawa Islam Moderat di Indonesia