Konferensi Nasional Prasejarah Indonesia merupakan forum ilmiah untuk menjaring ide dan gagasan yang dapat berguna dalam pengelolaan museum, situs, kawasan prasejarah untuk ke depannya.
---
Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini
---
Intisari-Online.com -Indonesia Heritage Agency (IHA) bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyelenggarakan Konferensi Prasejarah Nasional untuk pertama kalinya. Konferensi yang berlangsung di Novotel Solo, 2-5 Desember 2024, ini mengusung tema "Museum dan Situs Prasejarah Indonesia: Kini dan Nanti".
Menurut data saat ini, setidaknya ada 28 museum yang bertema prasejarah atau punya konten prasejarah yang tersebar di seluruh Indonesia. Museum-museum itu tidak semuanya dimiliki dan dikelola oleh Pemerintah. Ada juga yang swasta atau perseorangan.
Yang menjadi pekerjaan rumah adalah belum semua museum ini dikenal secara luas oleh masyarakat.
Dalam dalam rangka peringatan penetapan Situs Sangiran sebagai salah satu Warisan Dunia UNESCO–ditetapkan pada 6 Desember 1996–sekaligus mendukung eksistensi Museum Sangiran sebagai Pusat Prasejarah Indonesia, IHA berinisiatif untuk menyelenggarakan sebuah forum ilmiah untuk membahas berbagai isu terkait prasejarah Indonesia.
Sebagaimana dikutip dari rilis yang beredar, Konferensi Nasional Prasejarah Indonesia ini merupakan forum ilmiah yang bisa menjaring ide dan gagasan yang dapat berguna dalam pengelolaan museum, situs, kawasan prasejarah untuk ke depannya.
Penjaringan ide dan gagasan akan dilakukan secara terbuka dan inklusif, demi mendapatkan sebanyak mungkin pemikiran terkait pengelolaannya.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon dalam video sambutannya mengatakan, Konferensi Nasional Prasejarah Indonesia adalah forum yang strategis untuk bertukar gagasan, ide, dan pandangan, terkait pengelolaan museum, situs, dan kawasan prasejarah kita depan.
Karena itulah dia memandang perlu adanya keseimbangan aspek ideologis, akademis, ekologis, dan ekonomis, dalam sebuah upaya pelestarian cagar budaya. “Maka lewat forum ini saya berharap dapat terwujud kerjasama dan kolaborasi antarpihak, semua pihak, baik pemerintah, akademisi, peneliti, praktisi, komunitas, dan masyarakat pada umumnya … sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat,” ujarnya.
Terkait pelestarian cagar budaya, Fadli Zon juga menegaskan, bukan hanya untuk melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat manusia. Lebih dari itu, juga meningkat harkat, martabat, dan bangsa; juga memperkuat jati diri bangsa, meningkatkan kesejahteraan rakyat, serta mempromosikan warisan budaya pada masyarakat internasional.
Sebagai bangsa besar yang memiliki peradaban yang jauh sejak zaman prasejarah, tambah Fadli, kita harus bangga akan bukti-bukti kehidupan manusia purba yang ditemukan di berbagai wilayah indonesia. Seperti fosil Homo erectus Sangiran, lukisan tangan di Gua Leang-Leang Sulawesi Selatan, alat-alat batu di Flores, dan lain sebagainya.
“Ia menjadi bukti saksi nyata bahwa negeri kita telah dihuni sejak ribuan tahun bahkan jutaan tahun yang lalu, dan ini menegaskan, Indonesia patut menjadi ibukota peradaban dunia, ibukota budaya dunia,” ujarnya. “Kita adalah peradaban yang tertua di dunia, berdasarkan bukti-bukti yang ada.”
Sebagai penutup, Fadli kembali menegaskan bahwa “Di sinilah ditemukan fosil-fosil manusia purba … Sangiran bukan hanya milik Indonesia, tapi juga milik dunia. Situs ini menjadi bukti bahwa Nusantara punya peran penting dalam sejarah panjang umat manusia.”
Sementara Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Herry Yogaswara, dalam sambutannya mengatakan bahwa konferensi diselenggarakan pada saat yang tepat. “Karena ada pemerintahan baru yang tentunya punya gagasan-gagasan baru dalam pengembangan tinggalan, baik situs maupun museum prasejarah, yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Selain itu, tambahnya, konferensi ini dapat menjadi awalan dari rencana adanya dua konferensi internasional yang didukung oleh kementerian kebudayaan. Pertama International Union of Prehistoric and Protohistoric Sciences yang akan diselenggarakan di tiga kota: Sangiran, Salatiga, dan Yogyakarta, pada 27 Oktober-6 November 2025. Kedua, Indo-Pacific Prehistory Association yang ke-23 di Yogyakarta pada 2026.